Paguyuban Pangeran & Puteri LH 2009 Memang OK Banget, Hentikan Aktivitas Orang Membakar Sampah di Sekitar Taman Bungkul

Kampanye Anti Udara Kotor (KAUK), Sabtu (6/6), yang diselenggarakan Tunas Hijau bersama banyak elemen masyarakat di Kota Surabaya telah menjadi bukti kepedulian lingkungan hidup anak-anak paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup 2009. Bukan karena mereka terlibat aktif sebagai peserta kampanye ini dan ikut menyuarakan pentingnya udara bersih bagi setiap orang. Namun kepekaan lingkungan hidup yang tertanam pada para finalis PangPut LH 2009 itu nampak secara alami dari peristiwa yang terjadi di sekitar Taman Bungkul Surabaya.

Kesimpulan ini didapat saat aneka kegiatan bertema Anti Udara Kotor digelar seusai longmarch. Waktu itu tujuh orang anggota paguyuban PangPut LH 2009 berkumpul membahas rencana program yang akan datang. Mereka adalah Runner Up I Puteri LH 2009 Nyimas Salsabilah dari SDN Kandangan III, Runner Up IV Pangeran LH 2009 Rizal Yudha dari SDN Kandangan I, Finalis Puteri LH 2009 Rizka dari SDN Kandangan I, Finalis Puteri LH 2009 Endah dari SD Pacar Keling VI, Runner Up II Pangeran LH 2009 Gefari Perwira Z. dari SDN Kaliasin I, Pangeran LH 2009 Gunawan Wibisono dari SDN Kaliasin I dan Puteri LH 2009 Alya Thalafadilah dari SDN Kaliasin I.

Ialah Gefari Perwira Z, runner up II Pangeran LH 2009 dari SDN Kaliasin I yang dengan lantang mengatakan “Wah, ada yang membakar sampah. Asap pembakarannya jelas sangat mengganggu masyarakat di sekitar Taman Bungkul, termasuk para peserta Kampanye Anti Udara Kotor. Sebagai aktivis Tunas Hijau dan anggota paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup, kita harus menghentikan aktivitas orang yang membakar sampah ini.” Sungguh respon tanggap seperti di film-film kartun lingkungan hidup.

Mendengar usulan Gefari Perwira, serentak keenam orang anggota paguyuban yang sedang berdiskusi itu menyahut, ”Ya, Gefari Perwira benar. Kita harus segera mengingatkan orang yang membakar sampah ini agar menghentikan aktivitasnya.” Seketika itu pula aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni menyambut usulan itu dengan bergegas mengajak mereka menuju tempat orang yang membakar sampah. Tempatnya tidak jauh dari tempat mereka berdiskusi, sekitar 60 meter saja di sebelah utara.

Sesampainya di sumber pencemaran, Zamroni pun lantas meminta seorang bapak yang membakar sampah di dalam pekarangan rumahnya itu untuk sejenak menemui anak-anak. Ketujuh anggota paguyuban PangPut LH 2009 pun lantas berbicara dengan sangat santun pada pria yang membakar sampah itu. “Maaf Bapak. Mohon kiranya Bapak dapat menghentikan aktivitas pembakaran sampah organik tersebut, karena polusi udara yang diakibatkan sangat mengganggu masyarakat di sekitar Taman Bungkul Surabaya,” kata Pangeran LH 2009 Gunawan Wibisono yang mewakili anggota paguyuban lainnya.

Mendengar saran ketujuh anak sekolah dasar yang dibarengi tutur kata yang santun itu, si pria itu lantas mengiyakan dengan nada penyesalan. Seketika itu juga si pria mematikan api yang terus membakar ranting dan rumput kering di pekarangannya. Sungguh bangga bisa melihat keenam anak sekolah dasar itu bisa membuat bumi ini tersenyum dengan satu sikap santun. Seandainya bukan anak-anak yang mengingatkannya, mungkin permintaan pada si pria itu akan dibarengi dengan amarah. Dan bisa jadi si pria yang diingatkan akan marah pula karena merasa bahwa aktivitas itu dilakukan di pekarangannya. Bravo Paguyuban Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2009. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *