Pelatihan Lingkungan Hidup Bersama 112 Siswa SMP se-Surabaya

Sabtu pagi (13/6), tepat pukul 07.00 wib pelatihan lingkungan hidup bagi pelajar SMP se Surabaya dibuka sekaligus dimulai. Pembukaan tersebut dilakukan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya Togar Arifin Silaban. Pada sambutannya, Togar Arifin Silaban berpesan kepada peserta tersebut untuk dapatnya menjadi agen-agen perubahan lingkungan hidup di sekolah setelah mengikuti pelatihan 2 hari, 13-14 Juni 2009 di PPLH Seloliman, Mojokerto. Tunas Hijau menjadi pemandu pada pelatihan ini.

Awalnya, peserta terlihat tegang saat berada di ruang sidang wali kota Surabaya. Namun mereka tetap menunjukkan antusias yang sangat tinggi. Ini terlihat dari wajah peserta yang dengan serius mendengar setiap kalimat yang disampaikan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya Togar Arifin Sliaban ketika membuka acara tersebut. Menurut peserta dari SMP PGRI 6 Surabaya Agus Suprayitno, pelatihan ini sangat berguna bagi pelajar untuk memupuk rasa kepedulian terhadap lingkungan hidup, khususnya sekolah.

Pada pelatihan ini, rombongan yang menaiki 2 bus besar tersebut tidak langsung menuju Mojokerto, melainkan menuju ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) Benowo Surabaya. Sekitar 1,5 jam perjalanan ditempuh rombongan dari Balai Kota Surabaya menuju TPA Benowo. Canda tawa peserta mengiringi perjalanan menuju TPA Benowo Surabaya. Tepat pukul 10.30 rombongan tiba di TPA yang mulai digunakan tahun 2001. Mendadak canda tawa peserta menghilang setelah melihat gunungan-gunungan sampah yang ada di TPA Benowo tersebut. Beberapa peserta bahkan tidak percaya bahwa jumlah sampah yang ada saat ini begitu banyak, sampai-sampai tidak bisa dikelola.

Sebenarnya pada kunjungan di TPA Benowo tersebut hanya sebatas melihat dari dalam bus, mengingat terik matahari yang menyengat di TPA Benowo. Namun, beberapa peserta ini ingin melihat lebih dekat, maka diputuskan untuk turun meskipun hanya melihat proses pengolahan air limbah sampah atau yang biasa dikenal dengan lindi. Peserta juga diberi pembekalan singkat oleh petugas DKP (Dinas Kebersihan Dan Pertamanan) Kota Surabaya tentang TPA Benowo dan usaha untuk mengolah sampah tersebut.

Selain penjelasan singkat tentang TPA Benowo dan upaya menganggulangi sampah, peserta juga mendapat pembekalan tentang cara pengolahan sampah organik dan sampah non organik. Peserta juga melihat bagaimana proses pengolahan air limbah dari sampah dijadikan lebih layak sebelum dibuang atau disalurkan ke sungai-sungai di sekitar TPA Benowo. Menurut penjelasan petugas TPA Benowo, tujuan dari pengolahan air sampah tersebut adalah mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh air limbah sampah, mengingat sekitar TPA Benowo merupakan area tambak ikan yang berpotensi tercemari.

Setelah belajar banyak tentang pengolahan air limbah dan mengetahui kondisi TPA Benowo, perjalanan rombongan dilanjutkan menuju ke PPLH Seloliman, Mojokerto. Selama perjalanan beberapa peserta terlihat mual dan muntah. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat peserta untuk mengenal lingkungan di PPLH. Diantara materi yang disampaikan pada pelatihan ini adalah pengenalan cara pengolahan sampah non organik. Materi ini disampaikan oleh peraih kalpataru 2008 Sriatun Jupri dari Kader Lingkungan Kelurahan Jambangan. Pada materi ini, bukan hanya teori yang disampaikan oleh Sriatun, melainkan lebih banyak praktek langsung. Dari pembekalan tersebut peserta dapat membuat bunga dari botol air mineral dan tas dari bungkus mie instan.

Pembekalan selanjutnya diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya tentang bahan-bahan perusak lapisan ozon. Selama kurang lebih 30 menit peserta mendapat pengetahuan seputar rusaknya lapisan ozon serta dampak kerusakan lapisan ozon. Menurut Satrio staf BLH yang memberikan materi ozon, dampak dari kerusakan ozon diantaranya kanker kulit, mata katarak dan kulit terbakar dan kulit keriput sehingga nampak lebih tua.

Pada sesi terakhir, peserta mendapat pembekalan dari Tunas Hijau tentang dampak perilaku tidak ramah lingkungan terhadap perubahan iklim. Tunas Hijau yang dikomandoi oleh Anggriyan Permana, aktivis lingkungan hidup dari SMA Negeri 11 Surabaya, menjelaskan bahwa banyak perilaku manusia yang memperburuk perubahan iklim. Menurut Anggriyan, beberapa contoh perilaku yang memperburuk perubahan iklim diantaranya pemborosan listrik, menggunakan kendaraan bermotor meskipun jarak tempuh dekat, tidak melakukan pemilahan sampah dan penebangan pohon secara liar.

“Semua aktivitas manusia ada dampak negatifnya. Namun yang penting saat ini adalah mengimbangi kerusakan yang ditimbulkan akibat aktivitas tersebut dengan melakukan tindakan yang ramah lingkungan seperti menghemat listrik, mengolah sampah dam menanam pohon,” terang Anggriyan. Akhir pelatihan pada hari pertama tersebut ditutup dengan ajakan Tunas Hijau kepada peserta pelatihan untuk membuat aksi nyata yang dilakukan di sekolahnya masing-masing.

Pada hari kedua (14/6) diawali dengan jalan-jalan bagi menuju hutan dan sungau yang ada di sekitar area PPLH Seloliman. Selama perjalanan terlihat beberapa siswa lebih suka berjalan di aliran air kecil ketimbang jalan di pinggir aliran tersebut. Setelah tiba di sumber air, beberapa siswa mencoba meminum langsung air tersebut. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke aliran sungai yang lebih besar.

Pada akhir kegiatan pelatihan ini, disusun sebuah komitmen yang berasal dari masing-masing peserta. Komitmen-komitmen tersebut merupakan salah satu wujud perilaku ramah lingkungan yang akan dilakukan oleh masing-masing peserta. Selain itu, beberapa perwakilan sekolah juga membuat sebuah aksi nyata yang akan dilakukan di sekolah misalnya sosialisasi ke kelas-kelas, pemilahan sampah, pengoalahan sampah organik dan non organik dan juga kampanye hemat energi. (adetya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *