Puncak Genting Malaysia, Dengan Kereta Gantung Terpanjang Di Dunia
Rabu pagi itu (10/6), suasana sekitar Hotel Radius International tempat menginap rombongan Pemerintah Kota Surabaya masih sangat sepi ketika rombongan yang terdiri dari beberapa tokoh masyarakat Surabaya ini meninggalkan hotel untuk menuju Puncak Genting. Maklum, saat itu masih pukul 07.00 waktu setempat atau 1 jam lebih awal dari waktu Indonesia. Sebelumnya, rombongan menempuh perjalanan 315 km dari Johor Malaysia menuju ke Kuala Lumpur, Selasa (9/6). Perjalanan panjang tersebut ditempuh selama sekitar 6 jam. Kondisi jalan tol yang dilalui rombongan tidak berbeda jauh dengan kondisi jalan tol yang ada di Indonesia. Namun, ada beberapa hal yang menjadikan jalan tol Malaysia mempunyai nilai plus, yakni adanya telepon darurat atau yang biasa disebut telepon kecemasan setiap 2 km.
Jadi, apabila ada pengemudi yang mengalami kerusakan, pengemudi tersebut dapat dengan mudah mendapat bantuan dengan menggunakan telepon darurat tersebut. Selain itu, pengemudi tidak dikenakan biaya tambahan untuk menggunakan mobil derek. Hal itu dirasa sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemakai jalan tol, karena setiap kilometerya pengemudi dikenakan biaya sebesar 60 sen RM.
Sesampai di Puncak Genting, rombongan melanjutkan perjalanan menuju lokasi hotel tertua di dunia yakni Hotel First World yang dibangun sejak abad ke 18. Untuk mencapai lokasi hotel tersebut, rombongan terlebih dahulu menaiki kereta gantung atau yang biasanya disebut Gondala. Kereta gantung tersebut adalah yang terpanjang di dunia dengan jarak tempuh sekitar 3400 meter. Setiap gondala hanya dapat diisi maksimal 8 orang. Hampir sekitar 30 menit rombongan berada di kereta gantung tersebut. Selama berada di kereta gantung tersebut, rombongan juga dapat melihat hutan tropis yang dilewatinya. Harga untuk menaiki kereta gantung tersebut sekitar RM 16 atau 56.000 rupiah pulang pergi.
Ketika berada di Hotel First World, rombongan diajak untuk mengunjungi dunia fantasi yang ada di tempat tersebut. Hanya dengan membayar RM 65 pengunjung sudah dapat menikmati semua permainan yang ada, yaitu permainan outdoor dan permainan indoor. Tidak jauh beda dengan dunia fantasi yang ada di Indonesia, hanya di tempat ini tidak ada satupun sampah yang berserakan. Bahkan beberapa orang terlihat membawa kantong plastik yang terikat di tas mereka yang berfungsi sebagai tempat sampah.
Di hotel ini juga terdapat kasino terbesar di Malaysia. Uniknya di tempat ini beberapa pemain atau penjudi adalah orang-orang lansia atau lanjut usia. Menurut petugas kasino, beberapa lansia sudah ada di tempat yang tidak pernah tutup ini sejak seminggu kemarin. Untuk tempat tidurnya, para lansia ini rela tidur di pinggir mesin jackpot. Setelah mengunjungi Puncak Genting, rombongan melanjutkan perjalanannya menuju ke Kuala Lumpur untuk mengunjungi Menara Kembar Petronas. Sesampai di Menara Kembar Petronas yang merupakan Ikon Malaysia, rombongan terlebih dahulu mengabadikan momen tersebut. Menara Kembar Petronas tersebut terdiri dari 88 tingkat. Untuk lantai 1-6 merupakan mall dan sisanya adalah perkantoran.
Berbeda dengan kondisi Singapura, kondisi Malaysia bisa dikatakan sama dengan kondisi kota-kota besar di Indonesia. Di beberapa ruas jalan masih nampak sampah yang tercecer dan masih banyak orang yang membuang puntung rokok sembarangan. Selain itu, masih banyak dedaunan di pedestrian atau jalur pejalan kaki di Kuala Lumpur. Meskipun nampak seperti kota-kota besar di Indonesia, namun Malaysia lebih tertib terutama dalam berkendaraan. Di Indonesia mungkin orang menyeberang takut dengan mobil atau motor. Namun, di Malaysia mobil atau motor takut dengan orang yang menyeberang. (Adetya Firmansyah)