Keikutsertaan Pippin dari Australia dan Pasquella dari Belanda Buat Aksi Simpatik di Terminal Joyoboyo Mendapat Lebih Banyak Simpati
Keikutsertaan pemuda Belanda Pasquella van der Jagt dan pemuda Australia Pippin Barry pada aksi simpatik Anti Udara Kotor di Terminal Joyoboyo Surabaya, Minggu (5/7), menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Daya tarik ini disebabkan kedua pemuda yang 2 bulan magang di Tunas Hijau itu memiliki penampilan yang berbeda dari kebanyakan orang yang lalu lalang di terminal. Mereka memiliki warna kulit dan rambut layaknya disebut buleatau wisatawan dari luar negeri, karena memang mereka lahir dan besar di negaranya. Mereka juga warga negara tersebut.
Justru dengan keikutsertaan mereka pada aksi yang menjadi program paguyuban Pangeran & Puteri Lingkungan Hidup 2009, aksi ini lebih bisa menyampaikan pesan lingkungan hidup pada masyarakat. Kemana pun kedua pemuda expatriate ini melangkah, di situ banyak pasang mata yang menyaksikannya. Termasuk pada saat mereka memanfaatkan dinding kosong terminal berukuran sekitar 3 x 3 meter untuk mural lingkungan hidup, banyak orang yang mendekat mengamati setiap geraknya dan goresan yang dibuat.
Tidak terkecuali saat aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni memberikan buah salak pada Pippin Barry. Pippin dengan tinggi melebihi 190 cm itu mengiyakan tawaran untuk makan buah salak. Namun, karena saat itu Pippin sedang menyelesaikan muralnya, Zamroni pun mengupas kulit salak untuk Pippin. Selesai makan buah salak, Pippin tidak lantas membuang biji salak dengan melemparnya sembarangan. Dia bertanya pada Zamroni dimana letak tempat sampah untuk membuang biji salak itu.
Hal sederhana tentang perlakuan pada biji salak itu tidak lepas dari pengamatan banyak orang yang mengamatinya waktu itu. Spontan terdengar beberapa orang merespon perbuatan Pippin itu dengan ucapan salut. “Beda dengan kebanyakan masyarakat kita ya. Bila kita selesai makan buah salak atau buah-buah lainnya, maka biji atau kulitnya langsung kita lempar sembarangan. Tapi bule itu malah menyempatkan diri mencari tempat sampah untuk membuang sampah satu biji salak itu,” kata beberapa orang spontan. (roni)