Workshop Lingkungan Hidup di SDN Babat Jerawat I Surabaya
Perilaku ramah lingkungan, saat ini, bukan saja pengetahuan yang wajib dipelajari. Pengetahuan ini juga wajib diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya itulah yang dapat disimpulkan oleh aktivis Tunas Hijau Adetya Firmansyah ketika berbagi pengetahuan tentang lingkungan hidup di SDN Babat Jerawat I Surabaya, Sabtu (18/7). Meskipun jam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah saat pulang sekolah, namun banyak siswa yang tertarik dengan yang disampaikan oleh aktivis Tunas Hijau Adetya terutama tentang masalah sampah di sekolah.
Sebanyak 60 siswa SDN Babat Jerawat I kelas 5 mengikuti workshop tersebut. Pada workshop ini, siswa-siswi SDN Babat Jerawat I diajak untuk mengenal permasalahan lingkungan hidup yang ada di sekolah. Mereka juga diminta menentukan langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Untuk mengetahui permasalahan yang ada, peserta workshop diminta melakukan observasi lingkungan SDN Babat Jerawat I Surabaya.
Hampir 20 macam permasalahan lingkungan berhasil dirangkum oleh peserta kegiatan tersebut. Namun hanya 3 hal yang dijadikan sebagai topik pembahasan yakni banyaknya sampah yang berserakan terutama selesai jam istirahat dan pulang sekolah, banyak sampah plastik di sekolah dan kurangnya penghijauan di sekolah. Dari 3 permasalahan tersebut, masalah sampah plastik adalah masalah yang paling sulit dicarikan solusi. Ini mengingat hampir semua pedagang kantin menggunakan plastik untuk pembungkus makanan dan minuman.
Selain membahas tentang permasalahan lingkungan di sekolah, Tunas Hijau juga memberikan pengetahuan seputar pemanasan global. Menurut Adetya, akibat yang ditimbulkan dari pemanasan global yang paling serius adalah mencairnya ”es abadi” yang ada di kutub utara dan selatan. Dampak lanjutnya, dari es yang mencair tersebut adalah permukaan air laut meningkat sehingga mengakibatkan tenggelamnnya pulau-pulau kecil di seluruh dunia. Menghilangnya sumber air bersih karena tercemar air asin dari lautan juga menjadi salah satu dampak yang mengkhawatirkan.
Tunas Hijau juga mengajak peserta kegiatan tersebut untuk melakukan upaya-upaya menghambat lajunya pemanasan global yang mudah dilakukan. Diantaranya mematikan listrik bila tidak digunakan, bersepeda atau jalan kaki bila bepergian jarak dekat, mengolah sampah basah menjadi kompos dan menanam pohon minimal 12 batang. Untuk menanam pohon, bila tidak ada lahan maka bias menggunakanpot. (adetya)