Angkat Tema Kerusakan Hutan Dataran Tinggi, Kontingen Desa Claket Juara II Karnaval Kemerdekaan RI Se Kecamatan Pacet, Mojokerto

Setelah absen pada Karnaval Kemerdekaan RI se-Kecamatan Pacet tahun 2008, kontingen Dusun Mligi kembali berpartisipasi dalam event tahunan ini. Berbeda dengan tahun 2007, Dusun Mligi meraih juara ke II, tahun ini Dusun Mligi bergabung menjadi satu dengan dua dusun lainnya dalam “Super Kontingen Desa Claket”. Layak disebut “Super” karena dalam kontingen Desa Claket terdapat perwakilan tiga dusun, yaitu Dusun Claket, Dusun Mligi dan Dusun Sembung. Semakin menjadi “Super” dengan keikusertaaan perwakilan dari beberapa sekolah dasar (SD) dan beberapa taman kanak-kanak (TK) yang berada di wilayah Desa Claket. Tidak ketinggalan pula organisasi masyarakat seperti PKK dan Karang Taruna ikut ambil bagian dalam ajang ini.

Kesatuan tema Karnaval yang diangkat bukanlah suatu kebetulan. Tema “Cegah Kerusakan Hutan Dataran Tinggi” yang diambil merupakan kepedulian Desa Claket menyikapi kondisi hutan dataran tinggi saat ini, yang dari waktu ke waktu semakin berkurang. Dengan difasilitasi Tunas Hijau, pemuda-pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Desa Claket menyoroti penggunaan kayu bakar, keengganan menggunakan kompor elpiji bantuan pemerintah, dan rendahnya kesadaran untuk menanam pohon.

Ulum misalnya, pemuda yang bergiat di pengajian pemuda ini mengungkapkan bahwa masih banyak warga yang menggunakan kayu bakar meskipun telah menerima kompor elpiji bantuan pemerintah. “Mosok Mas, oleh elpiji malah disimpen nang dhuwure lemari (masak Mas, dapat elpiji malahan disimpan di atas lemari),” ungkap Ulum membeberkan fakta yang diketahui ketika pertemuan curah pendapat Karang Taruna Desa Claket.

Menjelang pelaksanaan kegiatan, ide-ide hasil pertemuan para pemuda mulai dikerjakan dalam bentuk visualisasi maskot-maskot yang sarat pesan-pesan lingkungan hidup. Diantaranya maskot elpiji raksasa 3 kg. Maskot ini membawa pesan tentang “Stop kerusakan hutan, gunakan elpiji”. Ada juga maskot kayu bakar dengan pesan “Stop kerusakan hutan, hentikan penggunaan kayu bakar” dan maskot kantong raksasa dan kepala Reog dengan tulisan “Ayo Tanam Pohon’.

Pada pelaksanaan karnaval, kontingen Desa Claket terlihat paling unik dan paling besar dengan didukung lebih dari 400 peserta. Mereka terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa.  Barisan Ibu-Ibu yang tergabung dalam PKK mengawali kontingen ketika bendera start dikibarkan. Disusul dengan barisan drumband Karang Taruna Desa Claket yang tidak henti menyajikan irama-irama rampak. Menyusul berikutnya barisan maskot elpiji raksasa, kayu bakar, dan polibag yang menyuarakan pesan-pesan lingkungan hidup tentang pencegahan kerusakan hutan dataran tinggi yang berasal dari tiga dusun.

Penampilan kontigen Desa Mligi menjadi semakin penuh warna dan sarat makna dengan ditampilkan hasil Karya “Art Miles Mural” bertemakan pelestarian hutan dan sumber air yang dihasilkan dalam berbagai kegiatan Mural di berbagai tempat. Mural lingkungan hidup sepanjang lebih 70 meter itu terbagi menjadi puluhan bagian dan dibawa oleh anak-anak. Teriakan slogan-slogan ajakan untuk mencegah kerusakan hutan terdengar dari peserta sepanjang pelaksanaan karnaval.

Di barisan belakang terdapat mobil berisikan sound system yang diselimuti Mural lingkungan hidup dan parade kesenian tradisional Bantengan. Mobil ini menyerukan tentang fenomena pemanasan global dan perubahan iklim serta tindakan-tindakan nyata yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan. Di luar dugaan, penampilan kontingen desa Claket tahun ini mampu meraih prestasi juara II kontingen terbaik.

Terdapat hal-hal baru dalam pelaksanaan gelar karnaval Kemerdekaan RI selama dua tahun ini, yaitu banyaknya kontingen yang mulai mengangkat tema-tema pelestarian lingkungan hidup khususnya hutan dan sumber air. Misalnya penampilan SDN Padusan Pacet, pada Karnaval Kemerdekaan RI tahun ini mereka mengangkat tentang penebangan liar dalam bentuk maskot kayu gelondongan dan penebang liar. Padahal, pada pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya didominasi oleh penampilan kesenian daerah, hasil bumi dan pertanian. Hal ini di sebabkan oleh mulai diangkatnya tema-tema pelestarian lingkungan oleh kontingen Dusun Mligi yang mampu meraih juara II pada event serupa tahun 2007.

Dalam ranah upaya pelestarian lingkungan, trend semacam ini adalah suatu keberhasilan. Lepas dari menjadi juara atau tidak, bagi Tunas Hijau, hal ini adalah suatu awal keberhasilan tersendiri. Keberhasilan sejak dilaksanakan program Konservasi Hutan dan Sumber Air pada tahun 2007 hingga saat ini di kawasan Pacet yang notabene kawasan hutan dataran tinggi, dimana masyarakat bergantung sepenuhnya pada sumber mata air. Meskipun bukan dalam tindakan nyata secara langsung, meskipun hanya sebatas di  gaungkan isu-isu tentang pencegahan kerusakan hutan dataran tinggi dalam kegiatan karnaval tahunan. Ini adalah awal masyarakat mulai berpikir untuk melestarikan hutan pendukung kehidupan lewat tindakan nyata, bukan hanya untuk generasi saat ini tapi juga untuk generasi nanti. (geng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *