Pengenalan Lingkungan Hidup di SMP PGRI 6 Surabaya
Satu persatu siswa kelas 7 dan 8 SMP PGRI 6 memasuki ruang kelas yang di setting menjadi ruang pertemuan dengan melepas skat penghalang antara kelas 7 dan kelas 8. Banyak siswa yang belum tahu dengan kegiatan yang akan diikuti,yakni pengenalan lingkungan hidup. Pengenalan lingkungan hidup tersebut digelar oleh pihak sekolah dengan narasumber Tunas Hijau, Selasa (11/8).
Pada kesempatan tersebut, Tunas Hijau yang diwakili oleh Adetya Firmansyah menyampaikan permasalahan lingkungan hidup terkait dengan perilaku ramah lingkungan dan perilaku tidak ramah lingkungan. Menurut Black sapaan Adetya, banyak permasalahan lingkungan hidup khususnya di sekolah yang diakibatkan oleh perilaku seenaknya warga sekolah. Sebagai contoh, membuang sampah sembarangan dan merusak tanaman di sekolah. “Permasalahan itu muncul seiring dengan tidak pedulinya warga sekolah dengan lingkungan sekolah,” ujarnya.
Pada mulanya Tunas Hijau berencana menampilkan beberapa foto-foto permasalahan lingkungan di Surabaya, namun karena laptop yang dibawa oleh Tunas Hijau bermasalah akhirnya Tunas Hijau menggantinya dengan observasi lingkungan SMP PGRI 6 Surabaya. Dari observasi ini disimpulkan bahwa permasalahan yang paling banyak adalah banyak siswa yang membuang sampah sembarangan meskipun di kelas sudah ada dua tempat sampah terpilah, yakni plastik dan kertas.
Tunas Hijau juga mengajak siswa-siswi tersebut untuk belajar memilah sampah dan mengolah sampah basah menjadi kompos. Sebelum pelatihan pemilahan dan pengomposan dimulai, Tunas Hijau terlebih dahulu mengajak siswa-siswi tersebut untuk mencari sampah basah. Diantaranya buah jambu yang sudah busuk dan dedaunan. Kedua sampah ini tidak lantas dicampur melainkan dipisahkan yakni sampah buah dimasukkan kedalam keranjang komposter sedangkan daun dimasukkan ke dalam tong komposter Aerob.
Banyak siswa yang antusias ingin mencoba membuat kompos tersebut. “Caranya mudah hanya dengan dimasukkan kemudian diaduk setiap hari, mungkin 3 minggu sudah bisa dipanen komposnya,” terang Adetya. Pada akhir kegiatan, para siswa diajak melihat slide foto-foto fenomena lingkungan di Surabaya dan beberapa cuplikan film lingkungan yang menceritakan pemanasan global. “Semoga dari kegiatan ini, siswa kami bisa lebih mencintai lingkungan sekolah dan dimana pun mereka berada,” ujar guru SMP PGRI 6 Surabaya Banu. (adetya)