Peringati HUT RI ke- 64, SMPK Santo Yusuf Gelar Mural Lingkungan Hidup Dan Workshop Perubahan Iklim
Peringatan HUT RI ke-64 tidak saja selalu diisi dengan lomba-lomba ketangkasan. SMPK Santo Yusuf Pacet, Mojokerto misalnya. Sekolah ini memaknai peringatan hari bersejarah ini dengan menyelenggarakan kegiatan yang sarat dengan nuansa pelestarian lingkungan. Bekerja sama dengan Tunas Hijau dan Saka Wanabakti Pacet, SMPK Santo Yusuf Pacet menggelar Mural Lingkungan Hidup sebagai bagian Indonesia Art Miles, Jumat (14/8).
Pada pelaksanaan kegiatan ini, peserta terlihat berhimpun dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok yang beranggotakan 8-10 siswa ini mendapatkan kain putih dengan ukuran 150 cm x 180 cm. Tak ayal, dalam sekejap terjadi perdebatan di tiap-tiap kelompok untuk menentukan sketsa dan bentuk gambar. Nampak pula kesibukan mempersiapkan cat, kuas dan peralatan menggambar mural lainnya.
Kegiatan yang diikuti lebih 80 peserta perwakilan di tiap-tiap kelas ini bertujuan mengajak para siswa agar lebih peduli pada kelestarian hutan dataran tinggi melalui tindakan-tindakan nyata. Misalnya melakukan pembibitan tanaman pelindung di sekolah atau menanam pohon di halaman rumah bila memungkinkan. Mereka juga diajak mengekspresikan keindahan lingkungan hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ini agar semakin banyak orang yang mau melestarikannya.
Selanjutnya, menurut Direktur Mural Lingkungan Hidup Pacet Mas’udi Rohman, hasil karya seluruh peserta akan dipamerkan keliling ke sekolah-sekolah. “Kegiatan ini bagian dari kegiatan internasional Art Mile Mural Project, yang Tunas Hijau menjadi koordinator di Indonesia. Selain dipamerkan keliling ke sekolah-sekolah, seluruh karya mural yang dihasilkan akan digabungkan dengan hasil karya anak-anak dari berbagai penjuru dunia untuk dipamerkan di Mesir pada tahun 2010,” kata Mas’udi di sela-sela pelaksanaan kegiatan.
Selain menggambar Mural, berbagai kegiatan lingkungan hidup terlihat dilaksanakan. Diantaranya workshop tentang pemanasan global dan perubahan iklim, dan pameran Mural Lingkungan Hidup yang telah dilaksanakan di berbagai tempat. Pada pelaksanaan workshop ini peserta terlihat sangat antusias, apalagi saat cuplikan film-film akibat pemanasan global ditayangkan.
Kesedihan peserta workshop terlihat memuncak saat salah satu film yang menggambarkan krisis air bersih dan bahan pangan akibat hilangnya hutan di dataran tinggi ditayangkan. Reaksi peserta ini dapat dimaklumi, karena rata-rata tempat tinggal mereka berada di Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerti berada di ketinggian rata-rata 800 dpl (di atas permukaan laut).
Dari pelaksanaan workshop ini, nampak hampir seluruh peserta belum memahami tentang fenomena mulai berkurangnya sumber air yang terjadi saat ini. Triyoga misalnya, siswa kelas VII A ini mengungkapkan bahwa sumber air di dataran tinggi yang menjadi satu-satunya sumber pemenuhan kebutuhan air harus dijaga kelestariannya. “Kita harus membiasakan diri untuk menanam pohon mulai saat ini,” ungkap Triyoga pada sesi tanya jawab.
Di temui terpisah, Kepala SMPK Santo Yusuf Sr. Veronica mengungkapkan mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini sangat membantu untuk memberikan pemahaman kepada siswa-siswi tentang pentingnya pelestarian lingkungan khususnya Hutan dataran tinggi. (geng)