Workshop Udara di SDN Petemon XIII Surabaya

Tiga puluh siswa SDN Petemon XIII Surabaya mengikuti workshop bertema udara yang digelar Tunas Hijau, Rabu (4/8) di SDN Petemon XIII Surabaya. Pada workshop ini, para siswa SDN Petemon XIII dibekali pemahaman tentang aktivitas manusia yang berkontribusi terhadap pencemaran udara. Dijelaskan oleh Narendra banyak kegiatan kita yang berkontribusi terhadap pencemaran udara. “Contohnya nih di rumah, banyak kankegiatan kita yang menimbulkan polusi udara,” ujar Narendra sambil menunjukkan gambar rumah yang berisi berbagai aktifitas yang dapat menimbulkan pencemaran udara.

Diantara aktivitas manusia yang berdampak pada polusi udara adalah menghangatkan mesin kendaraan bermotor di garasi rumah. “Bahkan seringkali penghangatan mesin kendaraan bermotor kita lakukan tanpa pembatasan waktu hingga belasan bahkan puluhan menit. Meskipun sebenarnya, penghangatan mesin kendaraan bermotor cukup dilakukan selama maksimal dua menit,” kata Narendra dan Bram Azzaino. Ditambahkan Narendra dan Bram bahwa aktivitas lainnya yang sering kita temui adalah merokok di dalam ruangan, yang bahayanya bisa 10 kali lebih berbahaya daripada polusi udara di luar ruangan.

Selain menjelaskan aktivitas di dalam rumah, juga dijelaskan aktifitas yang berada di luar rumah. Diantara aktivitas di luar rumah yang menghasilkan polusi udara adalah membakar sampah. ”Padahal sampah bisa dipilah dan diolah lebih lanjut tanpa membakarnya,” kata Bram Azzaino. Pada pertengahan sesi, siswa diharuskan untuk membuat esai singkat mengenai perasaan mereka apabila mereka harus tinggal di kota dengan tingkat polusi tinggi. Sebelumnnya, siswa diajak melihat kondisi-kondisi kota dengan polusi udara yang tinggi melalui slide-slide foto.

Pada sesi akhir workshop, dijelaskan lebih lanjut tentang pentingnya upaya untuk mengurangi tingkat pencemaran udara. Para siswa juga membayangkan bila kondisi udara semakin tercemar oleh knalpot-knalpot kendaraan dan cerobong pabrik, sedangkan jumlah pepohonan yang ada berbanding terbalik dengan jumlah manusia yang hidup. ”Mungkin nanti kalau kita mau jalan ke luar rumah, kita harus membawa tabung oksigen sendiri dengan pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh kita, pasti berat dan ribet. Kalian gak mau kan seperti itu?” tutur aktivis Tunas Hijau Narendra. (bram)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *