Berbagi Pengertian Sampah Pada Siswa Kelas 1 dan 3 Sekolah Dasar

Sikap saling tolong menolong begitu melekat di benak siswa-siswi kelas IA SDK Santa Maria Surabaya. Setidaknya hal ini yang dapat disimpulkan oleh aktivis Tunas Hijau Adetya Firmansyah ketika mengawali pelajaran lingkungan hidup di SDK Santa Maria Surabaya, Selasa (1/9). Hal itu disimpulkan, ketika salah seorang siswa bernama Kristo mengatakan bahwa lupa membawa pensil untuk menulis cacatan yang diberikan oleh Tunas Hijau. Tanpa diperintah, seluruh siswa kelas IA langsung menawarkan pensilnya untuk dipinjamkan pada Kristo.

Pelajaran lingkungan hidup tersebut dimulai pukul 10.45-11.20 wib. Pada awalnya Tunas Hijau merasa kesulitan untuk mengajak siswa-siswa tersebut berkonsentrasi menyimak apa yang disampaikan, maklum jumlah siswa satu kelas kurang lebih 40 siswa. Namun, Tunas Hijau segera mengatasi hal tersebut dengan mengajak membuat peraturan ringan yang harus diterapkan ketika pelajaran lingkungan hidup dimulai. Salah satunya adalah setiap Tunas Hijau mengangkat tangan, berarti kondisi kelas ramai. Siswa yang merasa sudah siap menerima apa yang akan disampaikan diminta ikut mengangkat tangannya.

Peraturan ini terbukti efektif meskipun masih ada beberapa siswa yang tidak berkonsentrasi dengan materi yang disampaikan. Pada pertemuan pertama ini, Tunas Hijau memberikan ulasan tentang sampah. “Apa yang kalian tahu tentang sampah?” tanya Tunas Hijau kepada siswa kelas IA, terlihat begitu antusiasnya siswa-siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Tunas Hijau. Dari sekian banyak jawaban yang disampaikan oleh siswa kelas IA, hanya ada beberapa jawaban yang tepat. Diantaranya sampah adalah sumber penyakit, berbau busuk, kotoran dan sisa aktivitas manusia.

Sebenarnya target materi yang diberikan pada pertemuan pertama tersebut adalah jenis-jenis sampah. Namun, waktu yang tersedia sangat terbatas. Akhirnya materi yang diberikan hanya sampai contoh-contoh sampah yang ditemui di sekolah dan di rumah. Pada akhir pelajaran Tunas Hijau memberikan tugas bagi para siswa tersebut, yakni membuat mading dengan judul “Macam-Macam Sampah”. Mading ini diharapkan mampu dijadikan media pembelajaran lingkungan hidup bagi siswa kelas I dan II.

Selain kelas IA, pada siang itu juga, tepatnya pukul 12.45-13.30 wib, Tunas Hijau  memberikan pengetahuan lingkungan pada kelas IIIA. Berbeda dengan siswa kelas IA, siswa kelas IIIA lebih mudah diajak untuk berkomunikasi. Sebelum mulai menyampaikan materi tentang sampah, Tunas Hijau terlebih dahulu mengajak siswa tersebut bermain ringan guna menyegarkan pikiran, maklum saat itu adalah jam terakhir pelajaran sekolah sehingga banyak sekali siswa yang kurang berkonsentrasi atau mengantuk.

Tunas Hijau mengawali pelajaran tersebut dengan mengajak siswa untuk bergantian menuliskan contoh-contoh sampah sesuai dengan jenisnya, yakni sampah basah, sampah kering dan sampah berbahaya. Dari kurang lebih 40 siswa yang ada di kelas tersebut hanya ada sekitar 6 orang siswa yang mampu membedakan contoh sampah basah dan kering. Banyak siswa kelas IIIA yang masih menganggap basah yang dimaksud pada sampah basah itu adalah sampah yang berair, dan sampah kering adalah sampah yang sudah mengering.

Melihat fenomena tersebut, Tunas Hijau segera memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Menurut Tunas Hijau, sampah basah adalah sampah yang mudah terurai oleh tanah seperti sisa makanan, sedangkan sampah kering adalah sampah yang sulit terurai oleh tanah. “Jadi meskipun plastik atau botol plastik itu basah bukan berarti itu sampah basah, melainkan sampah kering. Karena plastik dan botol sulit terurai oleh tanah,” ujar aktivis Tunas Hijau Adetya. (black)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *