Kepala SDN Petemon 13 Surabaya Harsoyo: Susah, Buat Muatan Lokal Lingkungan Hidup Sendiri Untuk SD Negeri

Tidak banyak sekolah dasar negeri yang merasa cukup dengan dana bantuan operasional pendidikan dari pemerintah untuk juga melaksanakan program-program lingkungan hidup. Yang banyak dijumpai adalah sekolah merasa kewalahan setelah segala macam pungutan pada orang tua siswa siswa dilarang. SDN Petemon XIII Surabaya termasuk salah satu dari sekolah yang sedikit itu. Dengan hanya mengandalkan bantuan operasional pendidikan dari pemerintah, sekolah yang pada 2009 mendapat penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional ini bisa melaksanakan banyak program lingkungan hidup.
Menurut Kepala SDN Petemon XIII Surabaya Harsoyo, program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup atau biasa disebut Sekolah Adiwiyata adalah program lingkungan hidup yang sangat bagus. Namun, ada beberapa aspek yang dirasa kurang sesuai dengan budaya pendidikan di sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia. “Melalui program Adiwiyata, sekolah dituntut untuk bisa menerapkan pendidikan lingkungan hidup secara integrasi melalui pelajaran-pelajaran umum yang ada seperti Matematika, Agama Islam, Bahas Indonesia dan Bahasa Inggris. Pola integrasi ini adalah sesuatu yang lumrah dan sangat mudah diterapkan. Namun, tidak dengan tuntutan untuk penerapan pendidikan lingkungan hidup secara monolitik,” kata Harsoyo.
Disampaikan Harsoyo, yang pada akhir tahun ini memasuki masa pensiun, budaya yang ada di kebanyakan SDN untuk perencanaan proses pembelajaran yang meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) biasanya disediakan oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). “Umumnya sekolah diberi secara gratis atau membelinya dengan harga hingga ratusan ribu rupiah untuk tiap mata pelajaran,” kata Kepala SDN Petemon 13 Surabaya Harsoyo yang dikenal cukup vokal ini.
Hal ini karena tidak ada guru pelajaran khusus pada SDN seperti pada sekolah menengah pertama (SMP). Di SDN dan sekolah dasar umumnya, guru kelas mengajar hampir semua mata pelajaran. “Seandainya ada 10 mata pelajaran di sekolah dasar, dan guru kelas harus menyiapkan kesepuluh silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, maka dibutuhkan hampir satu semester sendiri bagi guru untuk menyiapkannya,” kata Harsoyo.
Berbeda dengan sekolah dasar swasta yang siswa harus membayar mahal untuk menjadi siswanya. “Di sekolah dasar swasta, kurikulum muatan lokal disiapkan khusus oleh tim dari sekolah tersebut. Hal ini karena biasanya kurikulum muatan lokal itu termasuk paket yang ditawarkan kepada orang tua siswa agar bersekolah di tempat itu dengan tentunya biaya yang tidak sedikit. Sedangkan di SDN, sekolah tidak perlu malakukan promosi ekstra untuk bisa mendapatkan banyak siswa, karena sekolahnya tidak meminta orang tua siswa untuk membayar biaya pendidikan,” jelas Harsoyo.
Solusinya, menuru Harsoyo, pemerintah daerah seyogyanya memfasilitasi penyusunan silabus dan RPP pendidikan lingkungan hidup bagi sekolah-sekolah di wilayahnya. “Setidaknya akan ada kesamaan kualitas pembelajaran dari rencana proses pembelajaran. Apalagi isu lingkungan hidup di satu kota atau kabupaten biasanya tidak banyak perbedaan,” tambah Harsoyo. (roni)
17 Agustus 2010, Guru Koordinator Lingkungan Hidup Sekolah Adiwiyata Nasional SDN Kandangan I Surabaya Mamik Sri Utami: Pembiasaan Perilaku Ramah Lingkungan Berarti Penghematan Biaya
7 Mei 2010, Guru Koordinator LH SDN Kandangan III Surabaya Siti Fatonah: Pemilahan Sampah Harus Disertai Penyediaan Tempat Sampah Yang Memadai Dan Sosialisasi
24 Maret 2010, Kepala Sekolah SMA/SMK Berprestasi Se Jawa Timur 2008 Kumudawati: Belum Meratanya Pendidikan Lingkungan Hidup di Setiap Kota/Kabupaten

2 Desember 2009, Kepala SMA Negeri 5 Jember Husnawiyah: Sibuk Membuat Replikasi Sekolah Ramah Lingkungan Hidup Di Jember

12 November 2009,  Wali Kota Surabaya Peduli LH Drs. Bambang Dwi Hartono, M.Pd. Yang Guru Matematika: Guru Harus Ing Ngarso Sing Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Dan Tut Wuri Handayani Pada Kepedulian Lingkungan Hidup

22 September 2009, Ir. Gunawan, Guru Pembimbing Di Balik Keberhasilan Siswa Menjuarai Berbagai Penelitian Internasional: Memulai Penelitian Lingkungan Hidup Butuh Cara, Waktu, Pendukung Dan Orang Yang Tepat

15 September 2009, Kepala SDN Petemon 13 Surabaya Harsoyo: Susah, Buat Muatan Lokal Lingkungan Hidup Sendiri Untuk SD Negeri

8 September 2009, Duo Aktivis “Srikandi” Tunas Hijau di Konservasi Hutan Dataran Tinggi Triani Candra Kusuma Dewi dan Reby Dwi Prataopu

1 September 2009, Koordinator Green Education Al Muslim Intan Larasati: Dukungan Pemda Pada Program Sekolah Adiwiyata Harus Signifikan

25 Agustus 2009,  Guru Lingkungan Hidup SDK Santa Theresia I Surabaya Kristoforus Agus Pujianto: Program Sekolah Adiwiyata Tidak Semenarik Dulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *