Kurangi Dampak Buruk Pemanasan Global, Tunas Hijau Ajak Siswa SD Semen Gresik Cabut Peralatan Listrik Yang Tidak Digunakan

Gresik- Pengalaman tinggal bersama keluarga orang Australia di Perth diceritakan oleh aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni di hadapan lebih dari 100 siswa SD Semen Gresik, Kamis (10/9) sore, di Aula SD semen Gresik. Pengalaman yang dimaksud adalah mandi menggunakan air mengalir dari showerselama maksimal 3 menit. Para siswa yang sedang mengikuti Pondok Ramadhan itu pun tercengang mendengar cerita pengalaman itu. Tidak nampak lagi ada siswa yang sibuk berbicara sendiri setelah mendengar pembuka pengalaman itu.

Dikatakan Zamroni bahwa pengalaman itu terjadi pada Mei 2007 saat mendampingi anak-anak Tunas Hijau mengikuti program lingkungan hidup di Australia Barat. “Saat pertama masuk rumah keluarga angkat di Perth, orang tua asuh langsung mengenalkan kami dengan kondisi kamar mandi di rumah itu. Di bawah shower di kamar mandi itu dipasang timer atau penghitung waktu dari pasir berdurasi 3 menit,” kata Zamroni yang cukup membuat lebih dari 100 para siswa itu konsentrasi mendengarkan penjelasannya.

“Kalau mau mandi menggunakan air mengalir dari shower itu, pastikan tidak lebih dari 3 menit. Pastikan juga menggunakan pancaran yang rendah,” papar Zamroni menirukan pesan orang tua asuhnya di Perth. Pemberlakuan ini banyak dilakukan di rumah-rumah orang Australia Barat, sebagai respon semakin minimnya persediaan air bersih di Australia Barat. “Sejak pertengahan 2005, hampir seluruh Australia tidak pernah mendapat air hujan. Yang ada hanya gerimis selama kurang dari 15 menit. Kondisi ini menyebabkan persediaan air bersih di Australia sangat menipis,” lanjut Zamroni menirukan perkataan orang tua asuhnya saat di Perth, Australia Barat.

Kondisi di Australia jelas bertolak belakang dengan kondisi di banyak daerah di Indonesia. Di Indonesia air hujan datang dengan sangat berlimpah hingga tidak bisa dimanfaatkan. “Ini karena volume air hujan yang turun sangat tinggi hingga menyebabkan banjir bandang yang cenderung merugikan masyarakat di daerah yang tertimpa. Ini adalah salah satu dampak dari pemanasan global yang harus bersama-sama kita kurangi melalui tindakan nyata,” terang Zamroni.

Langkah-langkah nyata yang bisa dan harus dilakukan untuk mengurangi dampak buruknya adalah menanam sebanyak mungkin pohon. “Pohon menjadi satu-satunya makhluk dan benda di Bumi ini yang dapat menyerap Gas Rumah Kaca penyebab pemanasan global menjadi gas yang dibutuhkan,” kata Zamroni. Hemat listrik dengan tidak membiarkan peralatan listrik yang sudah tidak digunakan dalam keadaan standby juga merupakan langkah nyata. “Mencabut charger handphone dari stopkontak jugaharus dilakukan,” lanjut Zamroni.

Sebelum memulai penjelasan tentang pemanasan global, Zamroni yang didampingi aktivis Tunas Hijau Akbar Wahyudono mengawali penjelasannya tentang pentingnya menjaga lapisan Ozon pelindung Bumi. Penjelasan tentang Ozon ini diberikan pada para siswa mengingat pada September ini peringatan Hari Ozon Internasional dilaksanakan di seluruh dunia. “Tepatnya 16 September, Hari Ozon Internasional diperingati,” kata Zamroni. Diantara cara menjaga lapisan Ozon adalah tidak menggunakan barang yang mengandung CFC atau Cloro Fluoro Carbon yang merupakan bahan perusak Ozon. (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *