Air Bekas Wudhu Sebaiknya Ditampung Untuk Menyirami Tanaman

Kondisi SMA Negeri 22 Surabaya masih terkesan panas dan kering. Kantin yang ada di sekolah juga masih nampak kotor. Beberapa kesimpulan itu dirangkum oleh simpatisan Tunas Hijau James Ogilvie dari Inggris sesaat setelah 40 siswa peserta pembinaan lingkungan hidup menyampaikan hasil survei kondisi sekolah yang berada di kawasan Balas Klumprik Surabaya itu, Rabu (7/10) siang. Temuan lain yang dirangkum James dari para siswa adalah masih kurangnya lahan hijau atau pepohonan pelindung yang ada di sekolah. “Di sekolah juga terdapat cukup banyak tanaman yang layu karena kekurangan air,” ungkap salah satu siswa.

Menanggapi temuan banyaknya tanaman yang kekurangan air, seorang siswa lantas menyahut bahwa kondisi di kawasan Balas Klumprik dan sekitarnya ini tergolong sulit mendapatkan air bersih. James pun menimpali temuan itu dengan menyarankan sekolah untuk mulai memikirkan upaya memanfaatkan kembali air yang selama ini digunakan di sekolah. “Air yang biasanya digunakan untuk membersihkan diri sebelum sholat misalnya. Air ini sebenarnya masih sangat layak digunakan untuk menyiram tanaman yang layu. Sebaiknya air (wudhu) ini ditampung,” kata James.

Selain banyaknya temuan kekurangan sekolah tentang pengelolaan lingkungan hidup, menurut pantauan Tunas Hijau, SMA Negeri 22 Surabaya juga memiliki banyak keunggulan dibandingkan sekolah sederajat lainnya. Diantara keunggulan itu adalah adalah green house (rumah pembibitan) dengan aneka tanaman. Green house ini nampak cukup terawat dengan diantaranya ada beberapa tanaman anggrek yang tumbuh segar. Keranjang komposter juga sangat mudah ditemukan di sudut-sudut sekolah, meskipun rata-rata keadaannya sangat kering karena nampak tidak ada sampah sisa makanan yang diolah di dalamnya.

Sementara itu, pada presentasinya, simpatisan Tunas Hijau dari Jepang Yusuke Koizumi mengajak para siswa menumbuhkan kepedulian pada lingkungan hidup. Caranya? “Kita harus melihat lingkungan hidup di sekitar sekitar khususnya dengan mata kita. Setelah melihat langsung kondisi itu, seharusnya kita barengi dengan mengamati permasalahan yang ada,” kata Yusuke pada sesi akhir pembinaan. “Jangan lupa setelah mengetahui permasalahan lingkungan hidup yang ada, kita harus menindaklanjutinya dengan tindakan yang bisa kita lakukan,” kata Yusuke. (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *