Ajak Siswa SD Johannes Gabriel Olah Sampah Daun Dengan Biopori Di Kebun Sekolah

Surabaya-Pengolahan sampah daun menjadi pupuk kompos bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan lubang sumur resapan Biopori seperti yang dilakukan para siswa SDK Johannes Gabriel Surabaya bersama Tunas Hijau. Cara pengolahan sampah daun dengan Biopori ini disampaikan Tunas Hijau pada pembinaan lingkungan hidup di SDK Johannes Gabriel Surabaya, Kamis (8/10) pagi. Dua orang pemuda simpatisan Tunas Hijau dari Inggris James Ogilvie dan dari Jepang Yusuke Koizumi ikut memperagakan cara pengolahan dengan sumur Biopori ini.

Pengolahan sampah organik khususnya dedaunan dengan Biopori ini banyak manfaatnya. “Coba Adik-adik bandingkan daya serap air antara sepon atau busa yang banyak pori-pori atau lubangnya dengan kayu yang padat nyaris tanpa lubang. Banyaknya lubang atau pori-pori pada sepon menyebabkan semakin banyaknya air yang bisa diserap. Seperti halnya daya serap air oleh tanah yang padat bila dibandingkan dengan tanah dengan banyak dedaunan di dalamnya,” terang aktivis Tunas Hijau Zamroni sambil mengajak para siswa mengamati cara pembuatan lubang Biopori yang diperagakan oleh James Ogilvie.

Dengan cara Biopori, daya serap tanah terhadap air hujan akan lebih tinggi dari pada tanah tanpa Biopori. Tanah dengan Biopori juga akan mengandung lebih banyak zat hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. “Setelah sekitar sebulan, dedaunan yang ditimbun pada lubang Biopori yang dibuat tentunya akan berubah menjadi pupuk kompos yang dibutuhkan tumbuhan,” terang Zamroni. Sedangkan tanah yang dipindahkan dari lubang yang dibuat, disampaikan Zamroni, bisa digunakan dengan campuran pupuk untuk media tanaman yang baru.

Cara pengolahan sampah daun dengan Biopori tidak hanya yang disampaikan Tunas Hijau pada pembinaan lingkungan hidup di sekolah yang beralamat di Jl. Residen Sudirman Surabaya itu. Sebelumnya, para siswa peserta pembinaan diajak melakukan survei kondisi lingkungan hidup di sekolah. Survei yang dilakukan terkait 6 tema, yaitu sampah sisa makanan, sampah plastik, sampah kertas, penggunaan air, sampah daun dan penggunaan energi listrik. Pada survei ini mereka tidak hanya diminta melakukan pengamatan, tetapi juga melakukan wawancara untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

Sementara itu penampilan alat musik tradisional Kolintang yang diperagakan 9 siswa SDK Johannes Gabriel Surabaya nampak mengagumkan. Penampilan itu mengawali pembinaan lingkungan hidup bersama Tunas Hijau. Pada permainan ini mereka melantunkan lagu berjudul “Semua Yang Indah” dan “I Will See” yang sangat enak didengarkan dipadu dengan suara vokal para siswa peserta pembinaan. Sembilan siswa yang memainkan alat musik Kolintang itu adalah Chelsea Adelina, Jesselyn Lienardi, Yustina Yehouah, Febe Hanastashia, Louise De Marillac, Yosevin Alicia Octavia, Stevani Meidi, Maria Veronica dan Jessica Angela. (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *