Ajak Siswa SMPN 5 Surabaya Mendaur Ulang Sampah Non Organik

Sampah bisa jadi masalah bagi masyarakat tidak hanya di Surabaya, namun juga masyarakat di seluruh dunia. Tidak terkecuali negara Inggris dengan 60 juta penduduk yang setiap tahunnya menghasilkan sampah sebanyak 200 juta ton. Data ini disampaikan oleh pemuda simpatisan Tunas Hijau dari Inggris di hadapan 40 siswa SMP Negeri 5 Surabaya, Kamis (1/10) siang. “Pengolahan sampah menjadi suatu keharusan bagi setiap orang, yang diantaranya dengan 3R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (mendaur ulang),” kata James Ogilvie.

Disampaikan James bahwa dengan mendaur ulang sampah non organik, berarti kita telah menghemat sumber daya alam, menghemat energi dan melindungi lindungan. “Dengan mendaur ulang kita juga akan mengurangi jumlah sampah yang akan ditimbun di tempat pembuangan akhir (TPA) yang banyak menjadi masalah besar di kota-kota besar dunia,” kata James sambil menunjukkan beberapa foto kondisi TPA di Inggris. “Sedikitnya dengan memilah sampah organik dan non organik serta memastikan bahwa sampah yang telah dipilah akan ditindaklanjuti dengan pengolahan lebih lanjut,” tambah James.

Satu pertanyaan menarik disampaikan salah satu siswa ketika mendengar penjelasan James bahwa masyarakat di Inggris melakukan pemilahan sampah untuk didaur ulang. Pertanyaan itu adalah “Apakah masyarakat di Inggris akan mendapatkan uang setelah melakukan pengumpulan sampah non organik berdasarkan jenisnya? Seperti halnya di Indonesia, masyarakat akan mendapat uang setelah dari penjualan sampah non organik.” Dijawab oleh James bahwa mereka tidak mendapatkan uang untuk mengumpulkan sampah non organik berdasarkan jenisnya. “Hanya untuk Bumi yang lebih baik,” kata James.

Sementara itu di sesi sosialisasi perlindungan lapisan Ozon, aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni menggunakan bungkus makanan sterofoam yang ada di salah satu meja sebagai pengantar. “Hampir setiap orang pernah makan menggunakan pembungkus dari sterofoam. Namun sangat sedikit yang sebelumnya mengecek apakah sterofoam yang dijadikan pembungkus itu menyertakan keterangan Non CFC, CFC Free atau Ramah Ozon. Pengecekan ini perlu dilakukan karena adanya logo itu menandakan bahwa proses pembuatan sterofoam itu menggunakan bahan yang ramah Ozon,” kata Zamroni di depan 40 siswa SMP Negeri 5 Surabaya.

Dijelaskan Zamroni bahwa CFC adalah salah satu bahan perusak lapisan Ozon yang tergolong “sakti”. CFC bisa berperan sebagai bahan pendorong, bahan pendingin dan bahan pengembang. “Sebagai bahan pengembang, dulunya CFC digunakan selalu digunakan pada sterofoam. Sebagai bahan pendorong, dulunya CFC selalu digunakan pada kaleng spray. Sebagai bahan pendingin, dulunya CFC selalu digunakan pada pendingin ruangan (AC) dan kulkas,” terang Zamroni. Bahan perusak Ozon yang lain ialah metil bromida yang di Indonesia sebelumnya banyak digunakan untuk pengasapan gudang produk pertanian. Zamroni menambahkan, “Halon juga menjadi bahan perusak Ozon. Dulunya Halon banyak digunakan pada tabung pemadam kebakaran.” (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *