Belajar Pengolahan Sampah Organik, Anak-Anak Sanggar Bolas Membawa Sisa Makanan Dari Rumah
Pacet-Agenda pembelajaran lingkungan hidup mampu menarik minat anak-anak di Sanggar Bolas (Bocah Alas) di Dusun Mligi, Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Dua puluh lebih anak didik Sanggar Bolas terlihat antusias mengikuti praktek pengomposan sampah organik yang dilaksakan Minggu (18/10). Sesuai dengan penuturan Rebby Dwi Prataopu, praktek pengomposan dengan keranjang komposter yang diberikan hari ini merupakan kelanjutan materi sebelumnya. “Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan berbagai tehnik pengolahan sampah organik kepada anak-anak,” papar Rebby.
Dalam pelaksanaan kegiatan, anak-anak terlihat sangat berantusias, apalagi ketika ditunjukkan keranjang komposter. Belum sempat dijelaskan, berbagai pertanyaan anak-anak polos pun meluncur. Riska misalnya, siswi MI Tribakti kelas VI ini menanyakan tentang bentuk khas keranajang yang menurutnya aneh. “Kak, keranjang plastik iku isine opo (Kak, keranjang plastik itu isinya apa)?” tanya Riska saat kali pertama melihat keranjang komposter. Dengan telaten aktivis Tunas Hijau dan Saka Wanabakti Pacet menerangkan bagian-bagian dan cara kerja komposter tersebut.
Tidak hanya menerima penjelasan saja, anak-anak Sanggar Bolas juga melakukan praktik langsung pengolahan sampah dengan keranjang komposter. Mereka diminta untuk pulang ke rumah masing-masing untuk mencari sampah organik khususnya sisa makanan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk dimasukkan ke dalam komposter. “Sampah yang dimasukkan harus diaduk sampai tercampur dengan kompos starternya,” teriak Mas’udi Rohman memberikan instruksi kepada anak-anak. Tak ayal lagi, satu komposter yang digunakan menjadi rebutan anak-anak untuk praktek pengomposan.
Selain pengolahan dengan keranjang komposter, dijelaskan juga kepada anak-anak tentang berbagai metode pengolahan sampah lainnya dengan menggunakan cara kerja yang sama. Diungkapkan Mas’udi Rohman bahwa dalam pengolahan sampah organik ini anak-anak diajak untuk berkreasi untuk menyiasati motede pengolahan sesuai dengan kondisi sekitar dan kemampuan. “Untuk materi selanjutnya anak-anak akan diajak membuat tempat pengomposan dari bambu, mengingat Dusun Mligi mempunyai hutan bambu yang sangat luas,” ungkap Mas’udi ketika ditanya kegiatan untuk minggu selanjutnya. (rebby/chan)