Gedung Sekolah Dibangun, Pembinaan LH di SDN Babat Jerawat I Tetap Jalan

Beberapa ruang kelas SDN Babat Jerawat I Surabaya sedang dalam proses renovasi, namun hal itu tidak membuat proses belajar mengajar di sekolah yang terletak tepat di sebelah Kantor Kecamatan Babat Jerawat tersebut berhenti. Setidaknya hal itu yang dapat dilihat oleh dua aktivis Tunas Hijau Adetya Firmansyah dan Akbar Wahyudono yang mengunjungi sekolah tersebut. Kunjungan tersebut untuk pembinaan lingkungan hidup, Senin (5/10) kepada para siswa SDN Babat Jerawat I kelas 4.

Pembinaan lingkungan hidup yang mengambil tema tentang Perilaku  Ramah Lingkungan Hidup di Sekolah rencananya diikuti oleh dua kelas sekaligus yakni kelas IV A dan IV B. Namun karena ruang kelas yang tidak memungkinkan untuk diisi dengan 2 siswa dari 2 kelas, akhirnya pembinaan tersebut dibagi menjadi 2 sesi, yakni sesi I untuk kelas IV A dan sesi II untuk kelas IV B. Pembinaan tersebut diikuti oleh sekitar 80 siswa dari dua kelas tersebut.

Pada awal sesi pertama workshop tersebut, semua siswa kelas IV A diajak untuk mengelilingi sekolah dan juga mencatat apa saja yang ditemukan selama keliling tersebut. Proses jalan-jalan tersebut ternyata mampu memberikan gambaran tentang kondisi sebenarnya sekolah. Banyak ditemukan berbagai macam jenis sampah yang berserakan di beberapa tempat. Mulai dari ruang kelas hingga kamar mandi pasti ditemukan sampah. “Sudah lihat bagaimana sebenarnya kondisi sekolah Adik-adik saat ini?” tanya Adetya kepada siswa kelas IV A.

Menurut Nur Ilham, banyaknya sampah yang berserakan tersebut disebabkan kebiasaan siswa yang tidak mau membuang sampah pada tempatnya.  “Meskipun sudah disediakan 2 tempat sampah yang berbeda jenis di dalam kelas dan di luar kelas,” kata Nur Ilham. Pendapat tersebut juga diiyakan oleh teman sebangkunya Iqbal Waluyo. Menurut Iqbal, meskipun banyak tempat sampah tetap saja banyak siswa yang membuang sampah sembarangan. “Aku juga pernah buang sampah sembarangan, tapi kalau ada tempat sampah ya aku buang di tempatnya,” ujarnya.

Pada sesi kedua, selain pembahasan tentang perilaku ramah lingkungan di sekolah, Akbar Wahyodono juga memberikan pengetahuan tentang Carbon Footprint atau Jejak Karbon. Menurut Akbar, Jejak Karbon adalah segala aktvitas manusia yang menghasilkan emisi atau gas buang. “Contohnya adalah ketika naik kendaraan bermotor, menyalakan energi listrik dan bernafas,” ujarnya. Salah satu siswa, Indri Ranti menanyakan alasan menggunakan listrik dapat menghasilkan karbon. “Ketika menggunakan listrik sebanyak 10000 watt akan menghasilkan sekitar 1 kg CO2 ke udara. Hal ini disebabkan untuk menggerakan generator juga dibutuhkan proses pembakaran, sedangkan proses pembakaran tersebut menghasilkan gas rumah kaca yang dapat menambah panasnya bumi ini,” ujar Akbar Wahyudono. (akbar/adetya)