Keanekaragaman Hayati Di Desa Dan Kota

Oleh Runner Up II Puteri Lingkungan Hidup 2009 Dania Shofi Maziyah

Lebaran tahun ini kami sekeluarga berlibur ke desa. Desaku berada di Kabupaten Magetan. Kami berangkat pagi-pagi sekali, sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Desaku sangat asri. Sejauh mata memandang yang kami lihat adalah gunung, sawah dan lading. Semuanya hijau. Sangat berbeda dengan kota tempat tinggalku, Sidoarjo dan Surabaya. Jadi disana aku benar-benar senang, karena dapat melihat keasrian dan keindahan negeriku. Karena aku tinggal di kota jadi perlu sekai-kali refreshing dan melihat yang bernuansa hijau, tidak hanya motor dan mobil.

Banyak perbedaan yang ada di desa dan di kota. Salah satunya tentang keanekaragaman hayati seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Indonesia negeri kita tercinta, penuh dengan keanekaragaman hewan dan tumbuhan. Setiap tempat memiliki ciri khas masing-masing. Apakah kita masih bisa menikmati keanekaragaman itu? Kalau kita berada di kota, mungkin kita hanya melihat kendaraan yang berlalu lalang. Sebenarnya apakah itu keanekaragaman hayati? Mungkin benar, di kotaku keanekaragaman polusi udara yang ada.

Di Surabaya dan Sidoarjo tempat tinggalku jarang sekali terdengar suara nyanyian burung yang merdu. Mungkin hampir tidak ada, kalaupun terdengar kicauan itu berasal dari burung peliharaan milik tetanggaku di dalam sangkar. Bukan suara merdu burung bebas yang melayang-layang di udara. Sekarang kupu-kupu, kumbang juga jarang, bahkan mungkin tak ada. Ular pun sekarang tak punya tempat tinggal, bahkan masuk ke rumah warga.

Keadaan ini berbeda dengan desaku di Magetan. Di sana-sini yang aku lihat adalah hijau, sawah dan kebun. Setiap pagi suara burung membangunkanku. Tidak hanya suaranya yang indah tetapi juga warnanya yang indah. Burung dengan warna biru dan paruh merah muda yang cantik terbang bebas di angkasa, kupu-kupu dan kumbang pun terbang kesana kemari bekerja mencari madu. Suara jangkrik-jangkrik juga bersahutan saat petang hari. Di ladang juga banyak kambing. Dalam pikiranku bertanya, apa sebenarnya perbedaan sehingga hewan-hewan itu bisa bebas di desa, sedangkan hampir tidak ada di kota?

Mungkin karena urbanisasi atau banyaknya perpindahan penduduk dari desa ke kota sehingga penduduk di kota lebih banyak dan padat. Sebenarnya adalah keadaan lingkungan hidup yang berbeda. Di desa habitat mereka masih ada dan alami, ada sawah, kebun dan hutan yang bisa ditinggali dan belum dirusak, sehingga mereka bisa bebas berkicau membangunkan manusia yang sedang terlelap. Sedangkan di kota, habitat mereka telah tergusur menjadi perumahan penduduk. Sungguh menyedihkan.

Semua itu bisa disimpulkan, jadi yang aku rasakan akan perbedaan itu sangat terasa sekali. Ketika aku di desa rasanya damai dan senang, sedangkan di kota aku merasa suntuk karena disana sini macet dan ruang terbuka hijau sedikit. Harapanku semoga ruang terbuka hijau semakin banyak dan habitat hewan-hewan tidak dirusak. Semoga Surabaya dan Sidoarjo akan lebih baik dan hijau. Untuk desaku Magetan semoga tetap asri dan tidak seperti Surabaya dan Sidoarjo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *