Lempar Botol Mencari Permasalahan LH Di SMP 37 Dan Usulan Kegiatan
Pembinaan lingkungan hidup di SMP Negeri 37 Surabaya, Rabu (14/09) siang ini, dilakukan tim Tunas Hijau bersama dua pemuda dari Jepang dan Inggris, masing-masing Yusuke Kozumi dan James Ogilvie. Tunas Hijau mengajak para siswa mengeksplorasi permasalahan lingkungan hidup yang (masih) terjadi di sekolah yang beralamat di Jl. Kalianyar Surabaya itu. Menggunakan cara sedikit berbeda, sesi yang dipandu oleh Yusuke Koizumi mengajak mereka mencari info sebanyak mungkin tentang masalah itu. Caranya dengan menggunakan botol kosong. Setiap siswa yang memegang botol tersebut harus menyebutkan permasalahan yang terjadi di sekolah. Setelah itu mereka harus melempar botol ke teman lainnya secara acak.
Banyak masalah yang dapat ditemukan. Seperti dikatakan oleh Alwi, banyak keran yang ada ditutup tapi tidak rapat sehingga ketika bak terisi penuh banyak air yang tumpah dan terbuang percuma. “Bila dibiarkan terus terjadi, maka volume air yang dibuang percuma juga sangat besar.” Senada yang diutarakan Alwi, Gaby mengungkapkan bak penampung buangan air dari AC sering dibiarkan penuh hingga airnya tumpah begitu saja. ”Kan sayang, airnya bisa dibuat menyiram”.
Lain pula yang diungkapkan Arum. Dia lebih menyoroti permasalahan yang terjadi khususnya di toilet laki-laki. ”Seringkali siswa lupa menyiram toilet sehabis kencing atau buang air besar. Jadinya toilet bau pesing dan kelihatan jorok. Akibatnya siswa lain yang ingin menggunakan toilet setelah itu menjadi merasa tidak nyaman,” ungkap Arum. Setelah sesi permasalahan, para siswa juga diminta untuk memberikan usulan dari permasalahan yang telah disampaikan. Lebih lanjut usulan itu akan direalisasikan dalam rencana kerja.
Sementara itu pada pembinaan sesi guru yang dilakukan aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni di ruang rapat staf SMP Negeri 37 Surabaya berlangsung seru. Delapan staf sekolah yang pada Juni lalu menjadi tuan rumah Carbon Footprint Conference itu meminta penjelasan dari Tunas Hijau tentang arah pembinaan lingkungan hidup di sekolah itu. Disampaikan Zamroni bahwa program yang selama ini dilakukan lebih mengarah pada upaya bottom up menggalang partisipasi siswa. Upaya ini seharusnya dibarengi dengan kebijakan dari pimpinan sekolah sehingga berlaku pada seluruh warga sekolah tanpa pengecualian. (bram/roni)