Pagelaran Wayang “Kardus” Lingkungan Hidup di Rumah Baca Sampoerno
Mojokerto-Bagi kebanyakan orang, kardus bekas biasanya hanya bisa digunakan sebagai wadah atau dikumpulkan untuk dijual. Namun di tangan anak-anak Rumah Baca Sampoerno, kardus-kardus ini menjadi media pendidikan lingkungan yang sangat unik dalam bentuk wayang. Wayang “kardus” lingkungan hidup hasil karya anak-anak ini tidak kalah menariknya dengan wayang “suket” karya Ki Kenthus. Bedanya, bentuk wayang-wayang kardus lingkungan hidup ini lebih modern. Beberapa diantaranya ada bentuk figur pelajar, pohon, truk sampah, himbauan-himbauan lingkungan hidup dan bentuk-bentuk lainnya.
Ide wayang kardus lingkungan ini berawal dari pemberian materi tentang pelestarian hutan dan pengolahan sampah. Beberapa anak mempunyai ide agar materi yang tersebut disampaikan lewat pertunjukkan. Akhirnya disepakati bahwa materi tentang pelestarian hutan dan pengolahan sampah di sampaikan lewat pertunjukan wayang kardus. Selama dua minggu, Panji, Mella, Intan, dan kawan-kawannya menyiapkan pelaksanaan pagelaran wayang kardus lingkungan hidup ini.
Lebih dari tiga puluh anak-anak yang berasal dari sekitar Rumah Baca Sampoerno menyaksikan Pagelaran Wayang Kardus lingkungan hidup yang dibawakan oleh “ki dalang” Panji dan kawan-kawan. Pagelaran yang dilaksanakan Sabtu (17/10) di Rumah Baca Sampoerno, mengambil lakon “Stop Buang Sampah Sembarangan Dan Merusak Hutan”. Tidak kalah dengan pagelaran wayang kulit sungguhan yang dibawakan dalang kondang Ki Mateb Soedarsono, pagelaran wayang kardus yang dibawakan Panji juga diawali dengan bunyi pukulan palu kayu pada kotak. Lewat cerita yang di bawakan, Panji dan kawan-kawan menghimbau penonton untuk tidak membuang sampah sembarangan. “Kalau tidak ada tempat sampah, untuk sementara bisa disimpan di kantong atau saku,” tutur Panji ketika menjadi dalang.
Sesuai dengan penuturan Triani Candra, pengelola Rumah Baca Sampoerno, kegiatan wayang kardus lingkungan hidup ini bertujuan untuk memudahkan penyampaian pesan-pesan lingkungan hidup kepada anak-anak. “Sisi lain yang bisa diambil hikmahnya adalah pemanfaatan secara langsung barang bekas. Misalnya seperti saat ini, mengubah kardus bekas menjadi wayang kardus yang digunakan untuk sosialisasi kepada anak-anak,” ungkap Chandra setelah kegiatan. Pada sesi akhir pagelaran wayang, dalang memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar cerita yang dibawakan. Tidak hanya memberikan pertanyaan, penonton yang kebanyakan anak-anak usia sekolah dasar ini juga mendapatkan hadiah. Alhasil, saat pertanyaan di berikan anak-anak saling berebut menjawab. (geng)