Pembinaan Lingkungan Hidup Sekolah YPJ Tembagapura, Papua
Papua- Walaupun tidak merasakan dampak perubahan iklim secara langsung, bukan berarti kita cuma berpangku tangan saja melihat perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global mengancam keberlangsungan hidup semua makhluk yang ada di Bumi saat ini. Walaupun hanya dengan melakukan tindakan kecil seperti mematikan lampu ketika tidak digunakan, cukup membantu mengurangi pelepasan gas CO2 (salah satu gas rumah kaca terbesar) ke udara sebagai upaya penghambatan pemanasan global.
Hal itulah yang disampaikan saat workshop lingkungan hidup Tunas Hijau terhadap 120 siswa kelas 7 & 8 sekolah YPJ Tembagapura, Selasa (27/10), di Sport Hall Tembagapura. Pembinaan yang diawali dengan permainan lingkungan hidup ringan “ala Tunas Hijau” ini mampu mencuri perhatian para siswa untuk lebih mendalami tentang isu global dunia saat ini. Pemutaran slide dampak pemanasan global, yang memperlihatkan betapa luas wilayah yang terkena akibat, membuat para siswa tertegun dan berupaya melakukan sesuatu untuk menanggulanginya.
Mereka mungkin tidak merasakan secara langsung dampak lingkungan hidup yang ada, namun mereka mempunyai kepedulian untuk ikut menghambat semakin parahnya pemanasan global. Maklum, daerah tempat mereka tinggal di Kota Tembagapura selalu turun hujan setiap hari selama sepanjang tahun. Suhu rata-rata juga hampir tidak berubah di kisaran 15°-18° Celcius di siang hari dan dikelilingi oleh hutan yang lebat. Hal ini dikarenakan letak kotanya yang berada di ketinggian lebih dari 2000 meter diatas permukaan air laut.
Melalui workshop lebih dari 2 jam itu, mereka berinisiatif untuk melakukan pengolahan sampah di sekolahnya. Mereka juga akan mengajak orang lain untuk peduli lingkungan hidup dengan cara-cara yang unik melalui drama, dongeng dsb. Mereka berkeyakinan bahwa apa yang akan dilakukan mampu menginspirasi semua orang untuk melakukan upaya menghambat pemanasan global. Jika siswa sekolah seperti mereka yang tidak merasakan secara langsung dampak pemanasan global saja melakukan aksi nyata untuk mencegah meluasnya bencana tersebut, tentunya yang merasakan dampaknya secara langsung harus melakukan hal yang sama, bahkan lebih.
Selain workshop untuk kelas 7-8 sekolah YPJ Tembagapura, pagi harinya juga telah diadakan 2 kali sesi workshop untuk 113 siswa TK dan 117 siswa kelas 1&2 sekolah YPJ Tembagapura. Sebuah temuan yang menarik bahwa di usia dini (TK sampai SD kelas 3) para siswa di YPJ telah mempunyai kebiasaan membuang sampah yang bagus. Mereka terbiasa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, atau menyimpannya di saku bila tidak menemukan tempat sampah. Sayangnya kebiasaan baik ini tidak bisa dipertahankan seiring bertambahnya usia mereka dan semakin tingginya kelas. Kebiasaan yang sudah tertanam itu mulai luntur. Seandainya modal awal kebiasaan mereka sejak kecil ini terus dipertahankan, bisa dipastikan bahwa akan sulit menemukan siswa yang membuang sampah sembarangan di Sekolah YPJ Tembagapura. (dony)