Pencanangan Eco School Sekolah YPJKK Disertai Pengomposan, Tanam Pohon, Pemilahan Sampah, Mural & Video Conference
Kuala Kencana- Joko terlihat bersemangat memasuki area sekolahnya, meskipun dengan membawa tanaman dalam pot yang terlihat begitu berat. Joko adalah satu dari ratusan siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ) Kuala Kencana yang membawa tanaman dalam pot. Rencananya tanaman yang dibawa Joko dan seluruh siswa sekolah itu akan ditanam di sekolah. Penanaman tanaman tersebut merupakan satu dari rangkaian kegiatan yang digelar di Sekolah YPJ Kuala Kencana pada Pencanangan Sekolah YPJ Kuala Kencana menjadi Eco Schoolatau sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup, Jumat (30/10).
Pencanangan Eco School di Sekolah YPJ Kuala Kencana tersebut ditandai dengan demo pemilahan sampah yang dilakukan oleh Ketua YPJ Supriyono. Demo pemilahan sampah tersebut cukup menarik, di depan ratusan siswa SD dan SMP YPJ Kuala Kencana, Supriyono yang didampingi aktivis senior Tunas Hijau memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan tentang jenis-jenis sampah yang ada di sekolah. “Siapa yang tahu, ini jenis sampah apa?” tanya Supriyono sambil mengangkat sedotan. Seluruh siswa menjawab “Sampah plastik. Masuk tong sampah warna kuning,” jawab siswa YPJ Kuala Kencana.
Pencanangan tersebut juga ditandai dengan pembacaan ikrar siswa dan juga penanaman secara simbolis tanaman jenis Puring oleh Manajer Departemen Lingkungan Hidup PT. Freeport Indonesia Andi Mukhsia dan Ketua YPJ Supriyono. Berbagai kegiatan lingkungan hidup juga digelar secara serentak pada pencanangan tersebut. Diantaranya mural lingkungan hidup, lomba pemilahan sampah, pengomposan, pembuatan taman kelas, pentas musik dan fashion show pakaian-pakaian daerah di Indonesia.
Lomba memilah sampah yang digelar berjalan cukup seru. Masing-masing kelas yang diwakili 3 siswa, berusaha memilah tumpukan sampah yang disediakan dengan cepat dan tepat. Meskipun sebelumnya sudah mendapat pengetahuan seputar jenis-jenis sampah, namun masih ada beberapa siswa yang salah mengidentifikasi jenis sampah-sampah tersebut. Berbeda dengan pengomposan, pembuatan kompos ini diawali dengan mencari daun-daun yang sudah jatuh untuk dijadikan bahan dasar pembuatan kompos. Selain itu, lomba fashion show dan penampilan band menjadi kegiatan yang menarik banyak perhatian siswa. Berbagai pakaian adat daerah ditampilkan, diantaranya dari Papua, Sulawesi dan Sumatera.
Pada aktivitas mural, ini adalah kegiatan kali kedua yang diadakan di Sekolah YPJ Kuala Kencana setelah kali pertama dilaksanakan pada akhir Maret lalu. Sama dengan pelaksanaan mural sebelumnya, kali ini Sekolah YPJ Kuala Kencana juga mengundang beberapa SD dan SMP di Timika, Papua. Diantara sekolah yang diundang itu adalah SMP Negeri 2 Timika, SMP YBPK Timika, SD Inpres 2 Timika dan SMP Yapis Timika. Namun mural lingkungan yang terdiri dari 10 kelompok kolaborasi siswa semua sekolah ini mengharuskan siswa memvisualkan ciri khas Papua, seperti burung Cendrawasih atau rumah adat.
Cukup lama waktu yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan mural di atas kain ukuran 1,5 x 3,6 meter itu. Meskipun waktu yang dibutuhkan lama, namun tidak terdengar keluhan siswa sama sekali. Bahkan mereka nampak sangat menikmati kegiatan tersebut. Diantara 10 mural yang dibuat, ada nampak paling unik. Yaitu gambar kelompok 3 tentang rumah adat Papua yang dihiasi patung-patung khas dengan latar belakang pegunungan. Pada mural tersebut juga terdapat pesan yang berbunyi “If you want to live like this go green, so you can prevent global warming.”
Tunas Hijau bersama YPJ juga menggelar video conference (vc) dengan siswa SMP Kojima Jepang, SMP Kizu Jepang dan anak-anak Millennium Kids Australia. Video conference juga dilakukan dengan Executive Director International Art Miles Mural Project Joanne Tawfilis, warga Amerika Serikat yang sedang melakukan lawatan di Mesir. VC juga dilaksanakan bersama Founder International Intercultural Mural Exchange Atsuko Shiwaku dan aktivis Tunas Hijau yang di Surabaya. (adet/ron)