Pengamatan Perilaku Warga SDN Medokan Semampir 260
Hampir semua orang tahu bahwa membuang sampah itu haruslah pada tempatnya. Termasuk juga anak-anak. Namun bagi murid di SDN Medokan Semampir 260 Surabaya untuk melakukan hal tersebut tidaklah semudah teori yang diucapkan. Tentunya hal ini bukan karena mereka tidak diberitahu guru di sekolah tentang bagaimana harus membuang sampah pada tempatnya atau memilah sampah. Guru disana mengaku sudah mengajarkan para murid untuk melakukan kebiasaan hijau. Guru bahkan sudah beberapa kali mempraktekkannya di depan para murid. Ini seperti disampaikan kepada Tunas Hijau pada survei sekolah, Kamis (1/10) pagi.
Hasil dari upaya yang telah disampaikan usaha para guru untuk menjadikan anak didiknya peduli lingkungan masih jauh dari harapan. Mungkin hal ini disebabkan kondisi sosial para murid itu sendiri. Kebanyakan dari murid di sekolah ini bertempat tinggal di pemukiman yang kumuh, bahkan ada yang bermukim di eks TPA Keputih. Ketergantungan hidup mereka dari pembuangan sampah yang ada di TPA tersebut. Entah karena terbiasa membuang sampah ke sembarang tempat, atau tidak ada bimbingan dari orang tua mereka kembali di rumah.
Hal inilah yang mengetuk hati dari para aktivis tunas hijau, pada hari ini para aktivis Tunas Hijau dan James Ogilvie pemuda asal Inggris yang sedang magang di Tunas Hijau melakukan kunjungan di SDN Medokan Semampir 260 Surabaya untuk mengamati kondisi sekolah dan perilaku warga sekolah. Dari pengamatan tersebut ditemukan bahwa masih banyak siswa yang masih kurang peduli lingkungan hidup. Mereka membuang sampah di sembarang tempat, meskipun sudah diingatkan mereka malah tidak manggubris dari peringatan itu. Namun, ada sangat sedikit siswa yang nampak mau membuang sampah pada tempatnya.
Hasil pengamatan lainnya adalah sangat minimnya tempat sampah yang tersedia di sekolah. Jarak tempat sampah satu dengan lainnya sangat berjauhan, begitu pula jaraknya dengan keberadaan siswa. Tentang tempat sampah ini bisa juga menjadi alasan mereka untuk membuang sampah di sekitarnya. Sementara itu, lahan kosong sekolah juga nampak cukup luas. Lahan kosong ini sangat mungkin ditanami pepohonan pelindung dan tanaman berbunga untuk mengurangi kesan panas di sekolah. Begitu pula dengan kondisi toilet sekolah yang nampak bau. (narendra)