Sarat Nuansa Pelestarian Lingkungan Hidup, Pelantikan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kota Surabaya 2009 Di Dusun Mligi
Dusun Mligi, dusun kecil yang termasuk di wilayah administrasi Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto terletak di dataran tinggi Gunung Welirang (1000 meter di atas permukaan air laut) kembali mendapatkan satu kehormatan. Setelah sebagai lokasi pelaksanaan Mini Children Conference on Climate Change 2007 (MCCC) dan Asian Pasific Inter Faith Youth Camp 2008 (APIFYC), kini giliran Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kota Surabaya 2009 melaksanakan kegiatan di Dusun “Ramah Lingkungan Hidup” binaan Tunas Hijau, Sabtu-Minggu (17-18/10).
Di dusun yang sekaligus menjadi markas dataran tinggi (highland station) Tunas Hijau, didaulat sebagai lokasi untuk pembelajaran berbagai pengetahuan sosial masyarakat dan pelestarian lingkungan hidup bagi seratus anggota baru yang telah purna tugas pada peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia Agustus lalu. Kehadiran seratus pemuda yang mendapatkan mandat untuk pengibaran bendera pada HUT Kemerdekaan RI, menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Dusun Mligi, termasuk juga aktivis-aktivis lingkungan hidup dari Tunas Hijau dan Saka Wanabakti Pacet.
Berbagai aktifitas pendahuluan dilaksanakan sebagai bekal bagi seratus pemuda pilihan ini sebelum prosesi pelantikan dilaksanakan. Sudah menjadi rahasia umum, para pemuda yang bertugas pada upacara pengibaran bendera HUT kemerdekaan RI pada setiap tahunnya harus melewati berbagai kriteria, tes, dan seleksi yang sangat ketat. Yang sangat membanggakan, Dusun Mligi tidak hanya digunakan sebagai obyek pelaksanaan kegiatan, tetapi digunakan sebagai subyek pelaksanaan kegiatan.
Di dusun ini, peserta kegiatan belajar secara langsung tentang penerapan sosial masyarakat kehidupan pedesaan. Hal ini diwujudkan dalam model menginap home stay di rumah warga. Dengan home stay mereka dituntut untuk lebih memahami kesederhanaan dan saling tolong menolong. Di luar aktifitas utama peserta diwajibkan untuk membantu semaksimal mungkin aktifitas orang tua asuh (host parent) yang rata-rata berprofesi sebagai petani dan pemerah susu. Alhasil, bagi kebanyakan peserta yang rata-rata pelajar SMA ini, memerah susu dan mengirimkan susu hasil pemerahan ke pengepul adalah pengalaman pertama yang tak terlupakan.
Namun tidak semua peserta menginap di rumah dengan keluarga asuh yang berprofesi sebagai pemerah susu dan petani. Ada juga peserta yang menginap di rumah, dimana orang tua asuhnya berprofesi sebagai pedagang. Yang terjadi malah peserta tersebut bukan memerah susu, alih-alih malah diajak ke pasar untuk membeli kebutuhan berjualan di toko (kulakan).
Yang menarik, dalam Pelantikan Purna Paskibra Indonesia (PPI) 2009 Kota Surabaya adalah, dibahas juga tentang kondisi lingkungan hidup terkait dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Pada sesi ini, peserta diajak untuk memahami kondisi lingkungan hidup global melalui tayangan audio visual Dari Kutub Ke Kutub. Dalam tayangan ini digambarkan dampak-dampak global yang diakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim, seperti kekeringan, pergeseran musim, dan mencairnya gunungan es abadi di kedua kutub Bumi yang membawa dampak kenaikan permukaan laut.
Pada sesi ini pemahaman kondisi lingkungan hidup global ini peserta bersama-sama berkomitment untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan kemampuan untuk mencegah pemanasan global dan perubahan iklim. Diantara komitmen itu adalah mematikan listrik bila tidak digunakan, berusaha semaksimal mungkin untuk menanam pohon dan merawatnya, dan sederet komitment praktis lainnya.
Kegiatan lain yang tak kalah menarik ialah kunjungan inspirasi beraktifitas bersama dengan anak-anak di Sanggar Bolas (Bocah Alas). Meskipun sangat sederhana dan penuh keterbatasan, aktifitas di Sanggar Tunas Hijau dan Saka Wanabakti Pacet ini mampu memberikan inspirasi bagi peserta untuk lebih peka dan peduli pada kondisi sekitar. Di sanggar yang sekaligus menjadi markas ini, peserta melakukan berbagai aktifitas bersama anak-anak sanggar Diantaranya bercerita tentang hutan, pengolahan kompos dan aktifitas lainnya. Secara kebetulan, pada hari yang sama juga anak-anak Sanggar Bolas juga berkegiatan tentang pengolahan kompos dengan keranjang komposter. Beberapa peserta PPI telah menyiapkan hadiah untuk anak-anak gunung ini, tentunya bagi mereka yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.
Secara mengejutkan seluruh peserta PPI 2009 Kota Surabaya telah menyiapkan satu kejutan. Yaitu selama dua minggu sebelum pelaksanaan kegiatan peserta PPI telah mengumpulkan bantuan dalam bentuk buku bacaan anak yang sangat dibutuhkan di Sanggar Bolas. Selidik punya selidik, kondisi sanggar anak-anak ini diketahui lewat pemuatan artikel tentang Sanggar Bolas di situs Tunas Hijau. Otomatis, hal ini menjadi keharuan tersendiri bagi semua aktivis Tunas Hijau dan Saka Wanabakti.
Dalam pandangan aktivis Tunas Hijau dan Saka Wanabakti Pacet, tindakan yang dilakukan rekan-rekan PPI Kota Surabaya 2009, adalah hal yang membanggakan di tengah krisis moralitas rasa cinta tanah air dan peduli sesama. Seyogyanya, semua organisasi kepemudaan serupa (tingkat nasional, provinsi, kabupaten atau kota di Indonesia), atau bahkan di tingkat unit pendidikan menengah atas (SMA) untuk bercermin dan menjadikan kegiatan PPI Kota Surabaya 2009 ini sebagai suri tauladan. (geng)