Sisa Makanan Dari Kantin Sekolah Sedikit, Siswa SD Sambikerep III Sepakat Giliran Bawa Dari Rumah Untuk Dikompos
Tidaklah sempurna sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup tanpa melaksanakan upaya pengolahan sampah yang dihasilkan sekolah. Setidaknya sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos, seperti yang dilakukan SDN Sambikerep III Surabaya. Berawal dari fenomena tersebut, Tunas Hijau menggelar workshop pengolahan sampah organik di SDN Sambikerep III Surabaya, Senin (19/10).
Workshop yang diikuti siswa kader lingkungan hidup kelas 4 dan 5 ini diawali dengan mengamati kondisi komposter yang ada di sekolah. Komposter-komposter tersebut kemudian dibongkar oleh Tunas Hijau dan kader lingkungan SDN Sambikerep III Surabaya. Sampah yang ada di dalam komposter kemudian ditumpuk menjadi satu. Setelah semua terkumpul, mereka menyemprotkan air untuk membasahi sampah yang kebanyakan merupakan sampah daun tersebut.
Setelah dedaunan itu basah oleh air, Tunas Hijau bersama 25 siswa kader lingkungan hidup memasukkan dedaunan itu kembali ke dalam komposter pengolah sampah daun. Kegiatan itu berlanjut dengan mengamati sampah sisa makanan yang ada di kantin sekolah. Sisa makanan yang ditemukan kemudian dimasukan ke dalam keranjang komposter pengolah sampah sisa makanan untuk diproses menjadi pupuk kompos.
Kegiatan ini cukup menarik minat siswa lain untuk ikut serta melihat proses membuat kompos berbahan baku sampah daun dan sisa makanan dari kantin sekolah. Selain anggota kader lingkungan hidup SDN Sambikerep III yang terlihat antusias menyimak informasi yang disampaikan Tunas Hijau, beberapa siswa lain juga ikut nimbrung pada kegiatan tersebut.
Tidak nampak ada yang mengganggu selama pelaksanaan workshop tersebut. Namun masalah mulai muncul ketika salah seorang siswa bertanya sampah sisa makan yang akan diolah. “Sisa makanan dari mana yang bisa kami gunakan untuk membuat kompos? Mengingat sisa makanan yang dihasilkan kantin sekolah sangat sedikit,” tanya siswa itu.
Mendapati pertanyaan tersebut, Tunas Hijau menawarkan solusi dengan mengajak peserta workshop untuk sukarela membawa sampah sisa makanan dari rumah masing-masing. Pada awalnya seluruh peserta yang hadir menolak ide yang ada. Namun setelah dirunding, mereka sepakat untuk melakukan jadwal piket siswa yang membawa sampah basah dari rumah setiap harinya. (adetya)