SMKN 11 Surabaya Dengan Potensi Besar Sebagai Agen Perubahan LH Yang Belum Tergarap
Sekitar 40 siswa kelas 10 dan 11 SMK Negeri 11 Surabaya mengikuti pembinaan lingkungan hidup yang dilaksanakan Tunas Hijau, Jumat (9/10) siang. Pembinaan di sekolah yang dulunya adalah Sekolah Menengah Seni Rupa Surabaya itu diawali oleh simpatisan Tunas Hijau (TH) dari Inggris James Ogilvie dan dari Jepang Yusuke Koizumi dengan mengajak siswa survei kondisi sekolah. Pada survei ini mereka diminta untuk menerapkan pemikiran kritis tentang kondisi ideal sekolah mereka. “Bila ada tanah kosong dengan sinar matahari yang cukup, maka sebaiknya tanah itu ditanami pepohonan pelindung,” kata James Ogilvie yang didampingi Yusuke dengan penerjemah Bram Azzaino ini.
“Bila ada lahan kosong, namun bukan tanah dengan sinar matahari cukup, seyogyanya tempat itu juga dimanfaatkan untuk tanaman dalam pot,” tambah Bram Azzaino sesaat sebelum survei dimulai. Dari survei yang dilakukan itu, Tunas Hijau dan dua pemuda simpatisan dari luar negeri terperangah dengan potensi yang dimiliki sekolah. Dengan 10 jurusan sekolah yang dimiliki, sekolah ini bisa menjadi agen-agen perubahan lingkungan hidup di Kota Surabaya. Kesepuluh jurusan ini adalah seni lukis, animasi, desain komunikasi visual, kriya kayu, kriya logam, kriya tekstil, desain produk kulit, desain interior, multimedia dan teknik pemesinan.
Jurusan animasi misalnya. Sekolah ini bisa mengarahkan para siswanya untuk menghasilkan animasi lingkungan hidup yang bisa digunakan untuk media penyampaian pesan pelestarian lingkungan hidup kepada masyarakat khususnya para pelajar. Apalagi nyaris tidak ada animasi dengan pesan lingkungan hidup yang dihasilkan anak-anak Bangsa Indonesia. Berbeda dengan jurusan seni lukis yang merupakan cikal bakal sekolah ini. Para siswa bisa diarahkan untuk memperbanyak gambar-gambar berpesan lingkungan hidup pada dinding-dinding kosong yang banyak berkesan kumuh di Kota Surabaya. Gambar dengan pesan ini seperti telah mereka buat di banyak dinding sekolah yang tidak nampak kesan anarkis sedikit pun. Meskipun masih belum nampak ada gambar dengan pesan pelestarian lingkungan hidup yang dibuat di sekolah mereka.
Lain halnya dengan jurusan teknik pemesinan. Siswa pada jurusan ini bisa diarahkan untuk menghasilkan mesin yang bisa bermanfaat untuk pengelolaan lingkungan hidup. Mesin yang dimaksud adalah mesin penghancur sampah organik untuk mempercepat proses pengolahan sampah organik menjadi kompos. Tentunya mesin yang akan diproduksi diarahkan pada mesin sederhana dengan bahan bakar yang minim dan hasil yang maksimal. Seperti mesin penghancur sampah yang telah dihasilkan oleh para siswa SMK Negeri 7 Surabaya.
Sementara itu dari diskusi paskasurvei yang dilakukan, para siswa diminta menyampaikan beberapa keluhan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang selama ini dilakukan di sekolah. Diantara keluhan itu seperti yang disampaikan Indah Darmayanti, siswa kelas 10. Menurut Indah, ketika awal penerimaan siswa baru, setiap siswa kelas 10 diminta menyumbang minimal satu tanaman. “Namun, hampir semua tanaman tersebut kondisinya kering dan mati karena tidak ada perawatan,” kata Indah Darmayanti. Seorang siswa lain juga menyampaikan harapan agar pemilahan sampah organik dan non organik seperti di SMPnya dulu juga diterapkan di sekolah ini. (roni)