Workshop LH Dengan Guru SD Di Surabaya Barat

Lima belas guru dari 13 sekolah dasar di kawasan Manukan dan Benowo mengikuti workshop lingkungan hidup yang digelar Tunas Hijau bersama SDN Kandangan III Surabaya, Selasa (6/10) siang. Workshop yang digelar di salah satu ruangan kelas SDN Kandangan III Surabaya itu menghadirkan dua pemuda simpatisan Tunas Hijau dari Inggris James Ogilvie dan Jepang Yusuke Koizumi sebagai narasumber. Workshop ini membahas beberapa informasi tentang pendidikan lingkungan hidup di Inggris dan Jepang. Permasalahan air dan sampah di dua negara itu juga menjadi bahasan.

Penerapan pendidikan lingkungan hidup (PLH) pada anak-anak diantaranya disampaikan melalui pelajaran di sekolah. “Biasanya melalui pelajaran science,” kata Yusuke yang mendapat giliran pertama sebagai narasumber. PLH yang dilakukan di sekolah di Jepang tidak hanya disampaikan di dalam kelas dalam bentuk teori. “Seringkali siswa diajak melihat langsung obyek di lapangan seperti yang dijelaskan dalam teori. Bila temanya sungai, maka siswa diajak melakukan aktivitas di sungai terdekat dari sekolah. Kalau ada masalah di sungai itu, misalnya terjadi pencemaran atau banyak sampah, maka siswa juga diminta membuat aksi nyata,” kata Yusuke.

Mendengar penjelasan Yusuke yang juga menyertakan beberapa foto kondisi sungai bersih di Jepang, para guru peserta menimpalinya dengan pertanyaan tentang cara menerapkan pengolahan air di sekolah agar air yang dibuang ke selokan atau sungai terdekat tidak kotor. Menanggapi pertanyaan itu, James Ogilvie yang praktisi penjernihan air di Inggris, memberikan saran sederhana untuk mengolah lanjut air sisa aktivitas dari sekolah. Menurut James, proses pengendapan sederhana dengan menggunakan beberapa bak pengendapan perlu diterapkan untuk memanfaatkan air dari sekolah.

Lebih lanjut James juga menjelaskan bagaimana pengolahan sampah di Inggris. “Daur ulang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk membuat Bumi ini tidak penuh sampah. Daur ulang sampah non organik juga bisa menghemat energi listrik dan air dan menghemat pemanfaatan sumber daya alam yang baru untuk membuat produk baru,” terang James. Namun, ada perbedaan tentang daur ulang di Indonesia dan di negara maju. Di Indonesia, daur ulang identik dengan memanfaatkan sampah non organik menjadi barang berguna dengan cara manual. Sedangkan di negara maju seperti Inggris, daur ulang yang dimaksud adalah mengumpulkan sampah non organik dari bahan sama menjadi barang baru melalui proses industri. (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *