Workshop Pengolahan Sampah Bagi Guru-Guru Sekolah Di Jombang Persiapan Lomba Pengomposan Antar Sekolah Untuk Incar Adipura

Jombang-Kerja keras pemerintah kabupaten Jombang untuk meraih penghargaan Adipura layak diacungi jempol. Berbagai kegiatan bernuansa pelestarian lingkungan hidup digelorakan untuk memperkuat nuansa pelestarian lingkungan hidup. Salah satunya lomba pengolahan sampah organik menjadi kompos tingkat sekolah. Pelaksanaan lomba ini diawali dengan workshop tentang pengolahan sampah yang digelar Kamis (15/10), di ruang pertemuan badan lingkungan hidup kabupaten Jombang.

Berbagai hal tentang pengolahan sampah dibahas dalam workshop yang diikuti 70 guru perwakilan SD, SMP dan SMA se kabupaten Jombang ini. Salah satunya adalah membahas tentang keberanian untuk mengubah kebiasaan. Antusias peserta yang notabene adalah guru pengajar di berbagai sekolah semakin tinggi ketika materi ini disampaikan lewat permainan-permainan ringan.

Dalam worshop ini juga dibahas tentang metode-metode pengomposan sederhana yang dapat diterapkan sehari-hari di sekolah. Salah satunya adalah pengolahan sampah organik dengan menggunakan keranjang komposter. Berbeda dengan di Surabaya, istilah pengolahan sampah skala rumah tangga dengan keranjang ini masih terdengar asing bagi kebanyakan peserta. Tak ayal lagi, berbagai pertanyaan seputar pengolahan sampah dengan metode ini dilontarkan oleh peserta.

Sumardi misalnya, pria yang sehari-hari mengajar di SMA Negeri 3 Jombang ini menanyakan tentang model keranjang apakah harus sama seperti contoh yang diperlihatkan.  Pertanyaan ini dijawab dengan tegas oleh Sugeng, aktivis senior Tunas Hijau yang memandu diskusi dengan kata “Tidak”. Dalam penjelasannya disampaikan bahwa, yang paling utama adalah memahami cara kerja komposter tersebut, mengenai bentuk dapat disesuaikan. “Hal terpenting yang harus dilakukan untuk menentukan metode pengolahan sampah organik adalah mengenali karakteristik sampah tersebut,” lanjut Sugeng.

Di akhir worshop, dipaparkan tentang hal-hal yang menjadi parameter penilaian lomba pengomposan tingkat sekolah tahun 2009. Meski bertajuk lomba pengomposan, penilaian lomba ini tidak hanya sebatas pengolahan sampah organik saja. Beberapa hal yang juga menjadi parameter penilaian adalah integrasi kurikulum lingkungan hidup yang dilaksanakan dalam muatan lokal (mulok). Juga tentang lingkungan sekolah yang mencakup beberapa hal, yaitu: sampah, drainase, kebersihan sarana sanitasi dan ruang hijau terbuka. Dua kriteria besar ini mendapatkan porsi hingga 50%. Sementara 50% penilaian yang lain meliputi pemilahan sampah, pelaksanaan pengomposan dan pemanfaatan sampah non organik. (geng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *