Menjadi Pembina Upacara Bendera Di SMPN 16, Tunas Hijau Sebarkan Pesan Peduli Lingkungan Hidup

Surabaya- Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyampaikan isu lingkungan hidup di sekolah. Diantaranya melalui upacara bendera yang biasanya dilaksanakan rutin setiap Senin pagi. Seperti yang dilakukan oleh SMP Negeri 16 Surabaya, Senin (16/11) pagi, dengan aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni sebagai pembina upacaranya. Namun, peserta upacara yang melebihi 1100 siswa plus guru dan pelaksanaannya yang di lapangan upacara, dengan posisi yang harus berdiri, maka perlu berpikir ekstra tentang cara untuk membuat mereka serius mendengarkan pesan lingkungan hidup yang disampaikan.

Pada sesi amanah pembina upacara, Zamroni mengajak segenap warga sekolah untuk peduli lingkungan hidup. “Lingkungan hidup saat ini sedang membutuhkan perhatian lebih dari perhatian yang kita berikan sebelumnya dengan tindakan-tindakan nyata. Diantara tanda-tanda butuh perhatiannya lingkungan hidup itu adalah karena hingga November pertengahan ini hujan yang tidak kunjung datang. Akibatnya, sumur-sumur warga semakin banyak yang mengering. Demikian juga dengan semakin banyaknya waduk, dam dan penampungan air lainnya yang mengering,” kata Zamroni.

Zamroni lantas menceritakan pengalamannya saat mendampingi 7 anak SD dan SMP di Malang, Mei 2007, pada program lingkungan hidup di Australia Barat. Pada program itu, mereka tinggal di keluarga asuh di Perth. “Pada hari pertama di Perth itu, rombongan kami mendapat penjelasan tentang detail rumah yang akan kami huni. Termasuk diantaranya kamar mandi, yang hanya menggunakan shower tanpa bak mandi dengan gayung seperti kebanyakan rumah-rumah masyarakat di Indonesia,” kata Zamroni.

Rombongan anak-anak dari Malang waktu sangat kaget setelah mendengar penjelasan bahwa mereka disarankan untuk tidak mandi lebih dari sekali dalam sehari. Apalagi dengan pembatasan waktu penggunaan air mengalir dari shower saat mandi. “Kalau mau mandi, maka pastikan tidak menggunakan air mengalir dari shower lebih dari 3 menit. Bila menggunakan shower, maka pastikan jam pasir di bawah shower diputar. Bila pasir sudah berpindah dari atas ke bagian bawah, maka berarti sudah tiga menit. Pastikan seketika itu juga penggunaan air mengalir dari shower dihentikan,” kata Zamroni yang saat itu menggunakan topi biru bertuliskan “Abdi Negara”.

Dijelaskan Zamroni bahwa upaya pembatasan air mengalir itu banyak diterapkan di rumah-rumah di Perth. Ini sebagai respon karena sejak pertengahan 2005 di Australia Barat (hampir) tidak pernah turun hujan. “Sejak pertengahan 2005, di Australia Barat, hanya mendapat gerimis tidak lebih dari 15 menit. Tentunya nyaris tidak ada air hujan yang meresap ke dalam tanah. Sehingga, semakin hari persediaan air bersih di waduk-waduk di Australia Barat semakin berkurang bahkan mengering,” kata Zamroni yang nampak mendapat perhatian serius dari seluruh peserta upacara bendera. (ron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *