Pembinaan LH Warga RT 06 RW 08 Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo

Surabaya- Pertemuan PKK warga RT 06 RW 08 Kelurahan Sawunggaling, Sabtu (7/11) sore, berlangsung tidak seperti biasanya. Selain hari pelaksanaan yang pindah dari umumnya, Minggu pagi, pada pertemuan PKK itu juga tidak hanya diikuti oleh warga rukun tetangga setempat. Tim Tunas Hijau dan beberapa staf Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur juga ikut serta pada pertemuan rutin setiap bulan sekali itu. Agendanya pun tidak hanya arisan, melainkan juga membahas pengolahan sampah yang dihasilkan warga. Sebagian dari ibu-ibu itu bahkan dengan sukarela membawa keranjang pengolahan sampah basah pada pertemuan itu.

Dari penjelasan beberapa pengurus PKK RT 06 dapat disimpulkan bahwa program lingkungan hidup sebenarnya sudah dilaksanakan sejak beberapa tahun lalu di RT 06 RW 08 Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo. Program itu diantaranya penataan kampung dan pemanfaatan lahan kosong dengan tanaman. “RT 06 juga telah membentuk kelompok per sepuluh atau biasa dikenal dengan nama dasawisma. Setiap bulan sekali, di kampung ini juga digelar kerja bakti dan bersih bantaran sungai oleh bapak-bapak,” kata Kartika, salah satu pengurus PKK RT 06 RW 08.

Pada 2007, kampung ini juga mengikuti program merdeka dari sampah yang diselenggarakan oleh Harian Radar Surabaya dan Pemerintah Kota Surabaya. Meskipun tidak menjadi juara, kampung ini masuk nominasi 20 besar kampung bersih di Surabaya. Tentunya kampung ini juga pernah melakukan pemilahan sampah. Dari pemilahan sampah yang dilakukan, sampah kering dikumpulkan tersendiri kemudian dijual. Sementara itu sampah basah atau sampah organik yang ada diolah menjadi pupuk kompos.

Tentang pemilahan sampah sudah setahun ini tidak berjalan optimal. Sampah kering atau non organik tidak lagi dijual sejak setahun terakhir. Ini diakibatkan dampak krisis keuangan global, yang berdampak pada turunnya harga jual sampah kering. “Sejak krisis keuangan global tahun lalu, sampah kering atau non organik hanya kami buang ke tempat sampah,” kata Kartika yang juga kader lingkungan hidup dari kampung itu.

Dijelaskan Kartika bahwa pengolahan sampah basah atau organik menjadi kompos juga tidak berjalan optimal. Ini disebabkan tidak semua rumah memiliki keranjang pengolahan sampah organik (komposter). “Dari lebih 50 rumah warga RT 06 RW 08, hanya ada 18 keranjang komposter,” jelas Kartika. Menanggapi minimnya jumlah keranjang komposter yang ada di rumah warga RT 06 RW 08 Kelurahan Sawunggaling, Wiwik Esti Kepala Sub Bidang Peran Serta Masyarakat pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur menyatakan kesanggupan untuk menambah keranjang komposter untuk warga RT 06 RW 08.

Kesanggupan menambah keranjang komposter itu, menurut Wiwik, harus dibarengi dengan kesanggupan menggunakannya untuk mengolah sampah organik. Sementara itu aktivis senior Tunas Hijau Bram Azzaino memanfaatkan kesempatan itu untuk barbagi informasi tentang kondisi sampah di Kota Surabaya termasuk kondisi TPA Sampah Benowo. Menurut Bram, volume sampah di TPA Benowo saat ini sangat banyak. Bila dibandingkan dengan Candi Borobudur di Jogjakarta, maka volume sampah di TPA Benowo sama dengan sepuluh kali volume Candi Borobudur. (ron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *