Siswa Tim LH SMAK St. Stanislaus Mengamen Untuk Sampah Organi

Aktivitas mengamen dilakukan oleh 15 pelajar SMAK Stanislaus yang tergabung dalam kelompok lingkungan hidup. Namun ngamen yang dilakukan dalam bentuk berbeda. Bedanya, pada ngamen yang berasal dari ide Jairus Robert, siswa kelas XI.IA, para pelajar sekolah yang berlokasi di Dinoyo tersebut mengharapkan imbalan yang berbeda, yaitu sampah organik khususnya sisa makanan. Itu juga setelah mereka menyanyikan sepenggal lagu. Lagu yang dinyanyikan pun adalah lagu yang sudah diaransemen ulang, menyesuaikan dengan tema lingkungan hidup yang mereka sampaikan. Beberapa aktivis dan simpatisan Tunas Hijau James Ogilvie dan Yusuke Koizumi ikut menyertai rombongan pengamen itu.

Kelima belas itu terbagi dalam tiga kelompok. Mereka “menyerbu” rumah warga yang ada di dekat sekolah mereka. Layaknya pengamen, sebelum mengamen, mereka mulai mengetuk pagar rumah warga. Awalnya banyak rumah yang tidak menjawab, namun mereka terus mencoba hingga akhirnya sampai pada satu rumah. Mereka pun diperlakukan bak pengamen sesungguhnya. Pemilik rumah tidak mau memberikan sampahnya sebelum anak-anak menyanyikan sebuah lagu, karena mereka masih malu-malu untuk nyanyi. Setelah terus diminta menyanyi oleh pemilik rumah, akhirnya mereka mulai bernyanyi diiringi alat musik kencrengan yang dibuat sendiri.

Semua, dengar kan lah kami. Kami disini mau beritau. Dunia, uda mau kiamat. Mari kita semua, kita jaga dunia. Lestarikan bumi ini”. Itulah sepenggal lagu yang telah diaransemen ulang dari lagu milik grup band Hijau Daun berjudul Suara. Raut muka gembira tampak di wajah mereka, setelah sukses bernyanyi, mereka mendapatkan apa yang diharapkan yakni sampah dari dapur. Mereka pun lantas memasang stiker dengan pesan “Hindari Penggunaan Sterofoam” di rumah tersebut.

Begitu pula dengan kelompok lainnya yang membawakan sepenggal bait yang di aransemen ulang dari lagu Jangan Menyerah yang dipopulerkan oleh D`masiv.“Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah. Tapi kita lihat sekarang. Yang ada hanya musibah. Dunia kan kian memanas. Ini akibat manusia. Apa kita hanya diam. Melihat dan tidak respek. Minta sampahnya…. Minta sampahnya. Kita akan ubah jadi kompos”. Cukup banyak hasil yang diperoleh. Satu setengah kantong plastik ukuran besar sampah organik yang didapat. Keceriaan tidak berhenti sampai disitu saja. Saat mereka harus mengolah sampah sisa makanan, walaupun terasa jijik, mereka masih bisa bercanda. (brm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *