Belajar Bersama Anak-Anak Stren Kali Surabaya Gunungsari II Lebih Marak Dengan Suasana Sanggar Yang Baru
Surabaya- Aktivitas belajar bersama anak-anak stren Kali Surabaya Gunungsari II di sanggar Kelompok Belajar Anak RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling, Minggu (20/12) pagi, lebih marak dari pertemuan dua Minggu sebelumnya. Ini dikarenakan sanggar tempat belajar mereka yang nampak lebih berwarna dan penuh gambar dengan pesan peduli lingkungan hidup. Hampir semua anak yang masuk ke sanggar itu langsung menolehkan pandangan mereka pada seluruh dinding bagian dalam yang mulai penuh dengan gambar-gambar kartun.
Mengawali aktivitas belajar bersama, Kartika, ketua seksi Pendidikan pada Kelompok Lingkungan Hidup RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling mengajak anak-anak bersyukur bahwa sanggar tempat belajar itu menjadi lebih baik. “Adik-adik, coba perhatikan kondisi sanggar belajar ini. Apa yang berbeda dengan sebelumnya?” tanya Kartika. Spontan lebih dari 30 anak yang memadati sangga itu menjawab “Banyak gambar kartunnya.” Kartika menjelaskan bahwa gambar-gambar yang ada di dinding sanggar itu adalah gambar-gambar yang mengandung pesan pendidikan. “Khususnya pesan untuk peduli lingkungan hidup,” kata Kartika.
Pada belajar bersama ini aktivitas yang dilakukan anak-anak stren kali itu juga lebih beragam. Ini setelah Tunas Hijau mendistribusikan puluhan edisi majalah anak-anak Permata Junior dengan beragam aktivitas menurut usia mereka. Ada yang melakukan aktivitas menggambar dan ada yang mewarna gambar lingkungan hidup. Puluhan edisi majalah Permata Junior terbitan PT. Nanda Permata Millennium itu merupakan sumbangan dari keluarga paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup 2005 Fernanda Novelia.
Media permainan ular tangga lingkungan hidup nampak dimainkan sekelompok anak-anak laki-laki stren kali yang siswa sekolah menengah pertama. Ular tangga itu bertema peduli perubahan iklim. Seperti biasa, setiap pemain harus membaca keras informasi tentang perubahan iklim pada kotak tempat dia berada. “Nomor 10. Mematikan listrik ketika tidak diperlukan. Naik ke nomor 12, karena menghemat listrik dan mengurangi emisi yang dihasilkan,” kata Predah, salah satu anak, yang bermain ular tangga dengan empat anak lainnya.
Sementara itu, pada aktivitas belajar bersama itu, dua aktivis Tunas Hijau Satuman dan Rendi Setyadi mengajak anak-anak stren bermain kepekaan. Satuman mengajak mereka bermain bahasa Jepang dengan kamus yang ditulis permanen pada dinding sanggar. “Bahasa Jepangnya anak-anak apa?” tanya Satuman sambil melirik kamus pada salah satu sudut dinding. Sementara Rendi Setyadi mengajak anak-anak itu berhitung dengan menggunakan kata sandi yang mengharuskan berpikir ekstra.
Lebih dari 10 ibu juga nampak memadati sanggar belajar itu. Para ibu itu rela mendampingi buah hati mereka belajar bersama. Sesekali beberapa ibu nampak mengajari anak-anaknya yang membutuhkan bimbingan dalam beraktivitas. Kehadiran para ibu ini sangat mengejutkan Tunas Hijau. Maklum, pada aktivitas belajar bersama dua minggu sebelumnya, nyaris tidak ada ibu yang mendampingi anak-anaknya. Kalaupun ada, hanya saat menjemput anak-anaknya untuk pulang ke rumah.
Setelah aktivitas belajar bersama selesai, siang harinya, Tunas Hijau lantas melanjutkan penyelesaian pembuatan lukisan pesan lingkungan hidup pada beberapa bagian dinding sanggar. Pada kesempatan ini, pembuatan draft lukisan dilakukan oleh komikus Tunas Hijau Andi Kusmianto. Uniknya, setelah draft lukisan dibuat oleh Andi, pewarnaannya dilakukan oleh anak-anak stren kali Surabaya Gungsari II itu. Lebih dari 10 anak melakukan pewarnaan ada draft lukisan yang dilakukan oleh Andi di bagian depan sanggar. (ron)