Paguyuban PangPut LH 2009 Jalan Kaki Observasi Stren Kalimas
Surabaya-Minggu (27/12) pagi itu, mendung menghiasi langit Kota Surabaya ketika beberapa anggota Paguyuban Pangeran Puteri Lingkungan Hidup 2009 beserta beberapa aktivis Tunas Hijau bersiap untuk melakukan observasi lingkungan hidup di sepanjang Kalimas Surabaya. Anggota Paguyuban Pangeran Puteri Lingkungan Hidup 2009 yang terlibat dalam observasi tersebut adalah Arturo Farras, Gifari Perwira, M. Gunawan Wibisono, Dania Shofi, Risca Nurhidayati dan Rizal Yudha. Rombongan observasi Kalimas Surabaya berangkat dari Taman Prestasi Surabaya dan finish di Stasiun Semut Surabaya dengan berjalan kaki.
Selama observasi tersebut, rombongan paguyuban melihat banyak aktivitas masyarakat yang merugikan atau memperburuk kualitas air Kalimas Surabaya. Mulai dari mencuci baju, mandi, menyiram tanaman hingga buang air besar semua dilakukan oleh warga yang sebagian besar tinggal di sekitar di sepanjang Kalimas Surabaya. Bahkan beberapa orang yang kepergok oleh rombongan saat buang hajat tidak merasa malu. Malahan dengan santainya orang tersebut meneruskan aktivitas mencemari Kalimas Surabaya. Anehnya, beberapa meter dari orang yang buang hajat di Kalimas itu ada orang lain yang mandi di Kalimas juga.
Selain pencemaran yang dilakukan oleh warga bantaran Kalimas Surabaya, rombongan juga menyimpulkan bahwa sampah-sampah yang ada di Kalimas Surabaya bukan seluruhnya berasal dari warga sekitar, melainkan juga dari warga lainnya yang membuang sampah di selokan. “Biasanya ibu-ibu kalau habis masak ada sisa potongan sayuran lupa tidak dibuang di tempat sampah, sampai akhirnya terbawa ke selokan. Lha dari selokan inilah sampah-sampah tersebut bertemu di Kalimas ini. Sehingga Kalimas semakin lama semakin dangkal, karena sampah-sampah organik dari dapur biasanya setelah seminggu akan menjadi tanah endapan,” jelas Zamroni.
Pendangkalan tersebut, lanjut Roni sapaan akrab Zamroni, bisa dilihat langsung dari Kalimas, di bagian tepi Kalimas lebih dangkal dari pada bagian tengah. Hal ini dikarenakan banyak sampah yang masuk ke Kalimas Surabaya. Meskipun banyak sampah yang ada di Kalimas Surabaya, namun Kalimas Surabaya masih memiliki kadar oksigen dalam air yang cukup untuk menghidupi ikan dan hewan-hewan yang ada di sungai tersebut. Masih bagusnya kadar oksigen di sungai tersebut dibuktikan dengan banyaknya ikan, udang, kepiting dan hewan air lainnya yang hidup.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi banyaknya sampah yang masuk ke Kalimas, bisa dengan memberikan informasi ke ibu agar sampah organik sisa dapur tidak lantas dibuang ke selokan. “Sampah organik sisa dapur seyogyanya disendirikan dan diolah menjadi kompos. Agar sampah-sampah organik tersebut tidak membuat dangkal Kalimas ini,” tandas Roni saat review seusai observasi. Ditambahkan Zamroni bahwa kita bisa menjadikan lokasi di sepanjang Kalimas Surabaya untuk beragam aktivitas, khususnya aktivitas peduli lingkungan hidup. Ini perlu dilakukan agar tidak ada lagi sekelompok orang yang melakukan aktivitas yang merugikan Kalimas. (det)