Pelatihan LH di SMP Negeri 25 Surabaya Di Hari Terakhir 2009
Surabaya- Hari terakhir tahun 2009 tidak dibiarkan berlalu percuma oleh SMP Negeri 25. Bersama Tunas Hijau, pada hari terakhir itu dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan peduli lingkungan hidup kepada beberapa SMP di kawasan Simo Surabaya Barat. Caranya, melalui pelatihan lingkungan hidup yang pesertanya adalah para siswa dari beberapa SMP sekitar sekolah, Kamis (31/12) pagi hingga sore. Sedikitnya 50 siswa SMP Taruna Samudera, SMP Taman Pelajar, SMP Kawung 2, SMP Dewantara dan SMP Negeri 25 Surabaya mengikuti pelatihan lingkungan hidup yang dihelat di SMP Negeri 25 Surabaya.
Pelatihan ini diawali dengan meminta para peserta dari masing-masing sekolah mereview kondisi lingkungan hidup di sekolahnya. Misalnya perwakilan SMP Taman Pelajar. Menurut mereka, warga SMP Taman Pelajar merasa bahwa lingkungan hidup berperan sangat penting bagi pelaksanaan belajar dan mengajar yang kondusif di sekolah. “Kondisi lingkungan hidup yang berkualitas di sekolah sangat penting bagi warga sekolah kami. Untuk mewujudkannya, kami telah memulai upaya pengolahan sampah organik menjadi kompos. Kami juga telah memulai upaya mengolah sampah non organik untuk didaur ulang menjadi barang yang berguna,” kata salah satu peserta dari SMP Taman Pelajar.
Peserta pelatihan dari SMP Dewantara memanfaatkan kesempatan itu untuk menjelaskan program lingkungan hidup di sekolahnya. Disampaikan oleh Muslimah, satu diantara peserta perwakilan SMP Dewantara, bahwa lingkungan hidup itu sangat penting bagi warga sekolah. “Lahan sekolah kami tidaklah luas. Namun, upaya pelestarian lingkungan hidup telah dilakukan dari tahun ke tahun. Guru-guru sekolah kami, sejak dulu, mengajarkan tentang pentingnya kebersihan. Karena kebersihan adalah sebagian dari Iman. Bila seorang muslim tidak menjaga kebersihan diantaranya membuang sampah sembarangan, maka imannya tidak sempurna,” kata Muslimah.
Disampaikan Muslimah bahwa upaya pemberian sanksi telah diberlakukan di sekolahnya, SMP Dewantara. Sanksi itu bagi yang kedapatan membuang sampah sembarangan atau merusak tanaman yang ada di sekolah. “Kerja bakti rutin juga dilakukan di sekolah kami. Waktu pelaksanaan kerja bakti seminggu sekali. Hasil kerja bakti itu lumayan bagus. Warga sekolah menjadi lebih peduli lingkungan hidup. Tanaman dalam pot juga banyak dipelihara di sekolah kami. Cuma tanaman yang ada perlu pengaturan ulang, karena sekolah kami komplek. Yaitu TK, SD dan SMP,” kata Muslimah.
Seusai pemaparan kondisi dan program lingkungan hidup dari masing-masing sekolah peserta, sesi pelatihan dilanjutkan dengan penjelasan tentang isu nomor 1 abad ini, yaitu perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global. Dikatakan aktivis Tunas Hijau Mochamad Zamroni bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, kutub utara dan selatan Bumi yang semestinya terdiri dari gunungan es berlabel “abadi” mengalami percepatan pelelehan yang sangat luar biasa. “Gunungan es yang meleleh di kedua kutub Bumi ternyata lebih cepat dari yang diprediksikan para ahli,” kata Zamroni.
Melelehnya gunungan es di kedua kutub Bumi adalah salah satu dampak naiknya rata-rata panas suhu di permukaan Bumi. “Parahnya lagi, ternyata suhu rata-rata di lautan juga mengalami kenaikan. Kenaikan ini berdampak pada tidak produktifnya terumbu karang yang menjadi sumber makanan ikan-ikan kecil di laut,” terang Zamroni. Di akhir sesi pelatihan, peserta diminta merumuskan ciri-ciri sekolah ideal yang peduli lingkungan hidup. Sebelum merumuskan ini, para peserta yang terbagi dalam kelompok-kelompok diminta mengawalinya dengan survei keadaan SMP Negeri 25 Surabaya. (ron)