Siswa SMAK St. Stanislaus Melukis Sanggar Belajar Anak Stren RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling Dengan Pesan Peduli LH
Surabaya- Tidak seperti biasanya, sanggar kelompok belajar anak stren Kali Surabaya Gunungsari II terbuka dan banyak orang di dalamnya. Mereka bukanlah anak-anak kampung RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling yang biasa menggunakan sanggar itu untuk belajar bersama setiap Minggu pertama dan ketiga. Mereka adalah 9 orang siswa dan guru SMAK Santo Stanislaus Surabaya dan enam orang aktivis Tunas Hijau. Berbekal kuas, kapur tulis dan 5 galon cat dinding dengan warna hitam, putih, merah, kuning dan biru, mereka nampak sibuk melukis bagian dinding yang hanya beralas cat warna putih dan biru terang itu.
Rudi Setiawan, guru lukis SMAK Santo Stanislaus Surabaya, memulai aktivitas melukis dinding sanggar itu dengan goresan kapus tulisnya. Sekitar dua menit berselang, goresan kapur Rudi Setiawan sudah mulai nampak maksudnya, yaitu gambar kartun dengan sarat pesan peduli lingkungan hidup. Pesan peduli itu tergambar jelas dengan tangan kanan tokoh kartun yang memegang bibit tanaman yang akan ditanam. Sedangkan tangan kiri tokoh kartun itu memegang cetok yang akan digunakan untuk membuat lubang tanam.
Selesai menggambar satu karakter kartun peduli lingkungan hidup dan gambar pendukungnya, Rudi meminta beberapa siswa perempuannya untuk mewarnainya. Sejurus kemudian, Rudi membuat sket tokoh kartun Sinchan. Sket Sinchan yang dibuat Rudi adalah sosok yang peduli lingkungan hidup. Buktinya, pada gambar ini Sinchan sedang membuang sampah pada tempat sampah yang sesuai. Selesai dengan sket kartun Sinchan, Rudi melanjutkan membuat sket gambar kartun Pokemon yang selesai menanam pohon.
Selesai Rudi membuat sket gambar tiga kartun, delapan siswa SMAK Santo Stanislaus Surabaya bergegas membuat sket beberapa gambar dengan peduli lingkungan hidup lainnya. Kedelapan siswa Rudi itu Caroline Winarto, Rudy, Marcelo Martin Dixie, Sin Fendry B.S, Renata O.H, Renita O.H, Christian Soenjaya dan Gladys Haryanto. Canda tawa juga mengiringi proses melukis dinding sanggar itu. Bahkan begitu enjoynya mereka, hujan deras di luar yang mengguyur tidak dihiraukan.
Sementara itu diantara rombongan Tunas Hijau ada dua pemuda dari luar negeri. Kedua pemuda itu adalah Yusuke Koizumi dari Jepang dan Alexis dari Korea. Kedua pemuda ini tidak hanya berdiam diri sementara sembilan orang guru dan siswa SMAK Santo Stanislaus terus menghias dinding sanggar itu. Alexis bahkan berinisiatif mendidik anak-anak untuk memilah sampah menurut tiga jenis, yaitu kertas, plastik dan botol. Ajakan memilah ini nampak dari gambar yang kartun yang dibuatnya.
Melukis dinding sanggar belajar anak-anak stren Kali Surabaya Gunungsari II dengan pesan peduli lingkungan hidup adalah salah satu kegiatan dalam rangka program pendampingan lingkungan hidup yang dilakukan Tunas Hijau bersama Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur. “Diharapkan melalui kegiatan melukis pesan peduli lingkungan hidup pada sanggar belajar ini, warga kampung khususnya anak-anak menjadi lebih peduli pada lingkungan hidup. Mereka juga diharapkan lebih betah belajar bersama di sanggar ini,” kata aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni.
Keterlibatan SMAK Santo Stanislaus Surabaya pada kegiatan melukis sanggar ini bukan tanpa alasan. Sejak beberapa bulan terakhir, sekolah yang beralamat di Jl. Kalijudan 25-33 Surabaya ini terus mendengungkan kepedulian lingkungan hidup melalui aksi nyata yang sebagian terfokus pada seni. “Diantaranya melukis becak dengan pesan pemanasan global dan membatik dengan bahan pewarna alami. Ternyata setelah mendengar rencana melukis sanggar belajar ini mereka juga menyatakan berminat terlibat,” terang Zamroni. (ron)