10 Tong Komposter Aerob Mulai Digunakan di Kampung Stren Kali Surabaya Gunungsari II
Surabaya- Masyarakat Stren Kali Surabaya Gunungsari II Surabaya, tepatnya RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling, terus berbenah. Perlahan tapi pasti, upaya mengubah kampung mereka menjadi bersih dan hijau terus dilakukan. Seperti yang dilakukan sebagian warganya, Minggu (24/1) pagi, yang bersama beberapa aktivis Tunas Hijau melakukan pemasangan tong komposter aerob di sepanjang pinggiran sungai di wilayah kampung itu. Sepuluh tong komposter aerob itu adalah bantuan dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur untuk program pendampingan lingkungan hidup bersama Tunas Hijau di kampung itu.
Pemasangan tong komposter itu dimulai dari sudut kampung di ujung timur, tepatnya di depan sanggar kelompok belajar anak. Pemasangan tong komposter itu menggunakan linggis dan cangkul milik warga setempat. Sesaat setelah pemasangan komposter aerob dilakukan di satu titik, maka sosialisasi kepada warga penghuni rumah di sekitar komposter itu dilakukan juga. Tujuannya, agar masyarakat mau mengoptimalkan komposter itu untuk mengolah sampah organik yang dihasilkan daripada dibuang ke sungai atau bak sampah umum.
Sosialisasi pada warga dilakukan dengan meminta warga membawa sampah organik sisa dapur yang dihasilkan pagi itu. Warga lantas diminta mempraktekkan cara penggunaan komposter itu. Caranya, dengan membuang sampah organik ke dalam komposter. “Ibu-Ibu, apakah ada sampah organik sisa dapur yang dihasilkan pagi ini? Bila ada, minta tolong diambil sekarang dan dibuang di komposter aerob ini. Sebaiknya sampah organik yang dibuang di tong komposter ini adalah organik yang belum dimasak. Sampah yang sudah dimasak sebaiknya diolah dengan komposter keranjang,” kata aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni kepada beberapa ibu rumah tangga yang berdiri di sekitar komposter aerob yang baru dipasang.
Kartika Sukaryono, salah seorang pengurus PKK RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling nampak membantu ibu-ibu rumah tangga memeragakan cara pengolahan sampah dengan komposter aerob itu. Kartika bahkan memeragakan langkah yang harus dilakukan bila sampah organik sisa dapur yang akan diolah berukuran terlalu besar atau terlalu panjang. “Ibu-Ibu, bila sampah organik yang akan diolah berukuran panjang seperti sayuran ini, maka sebaiknya dipotong-potong terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil, sekitar 2-4 cm. Ini untuk membantu mempercepat proses pembusukan,” kata Kartika Sukaryono yang mengenakan pakaian olah raga.
“Sampah yang berukuran besar seperti buah ketela atau pohong juga harus dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil agar cepat membusuk,” tambah Kartika. Sedangkan untuk sampah organik sisa makanan sebaiknya diolah dengan menggunakan komposter keranjang skala rumah tangga. “Sisa makanan memiliki waktu pembusukan yang lebih singkat dari pada sisa bahan makanan yang belum dimasak. Karenanya, sebaiknya sisa makanan diolah dengan menggunakan keranjang komposter yang menggunakan kompos sebagai staternya,” tambah Zamroni.
Sementara itu, penempatan tong komposter aerob dilakukan di bawah naungan pohon yang ada. Jarak antar tong komposter dibuat sama, yaitu sekitar 30 meter, karena panjang kampung dari ujung timur ke ujung barat adalah 300 meter. Penempatan komposter dengan memperhatikan jarak itu dilakukan untuk memudahkan warga kampung dalam mengolah sampah organik yang dihasilkan. “Bila sepuluh tong komposter aerob ini dikumpulkan di satu tempat, akan membuat warga kurang mau mengoptimalkan penggunaannya,” kata koordinator Kelompok Masyarakat Lingkungan Hidup RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling yang ikut aktif memasang komposter aerob dengan melibatkan warga lainnya. (ron)