SMP 24 Dengan Lahan Kosong Yang Luas, SDN Pagesangan Dengan Daur Ulang Sampah Plastik
Surabaya- Dengan luas lahan sekitar 1,6 hektar menjadikan SMP Negeri 24 Surabaya mempunyai kesulitan sendiri dalam upaya menuju sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup. Salah satunya adalah pemanfaatan lahan SMP Negeri 24 Surabaya, setidaknya hal inilah yang ditemukan oleh rombongan tim evaluasi Adiwiyata tingkat Kota Surabaya saat bertandang di SMP Negeri 24 Surabaya, Rabu, (20/1).
Dilihat dari kondisi sekolah, sebenarnya SMP Negeri 24 Surabaya sudah memanfaatkan lahan kosong untuk pepohonan. Namun, penempatannya masih perlu sedikit pembenahan. Selain itu, sekolah yang terletak di kawasan Bumi Marinir Karang Pilang tersebut masih perlu membenahi pemilahan danpengolahan sampah. Saat kunjungan tim evaluasi, keberadaan tempat sampah terpilah masih belum berfungsi dan alat pengolahan sampah basah yang ada di sekolah juga masih kurang.
Menurut aktivis Tunas Hijau Bram Azzaino, luas wilayah SMP Negeri 24 Surabaya bisa menjadi potensi atau malah menjadi kekurangan bagi SMP Negeri 24 Surabaya. “Banyak sekali yang bisa dilakukan di sekolah ini, salah satunya adalah pemanfaatan lahan untuk area perkebunan atau pembudidayaan ikan di sekolah,” ujar Bram. Menurut Bram Azzaino dibutuhkan upaya serius oleh seluruh warga sekolah dan warga sekitar untuk menjadikan SMP Negeri 24 Surabaya menjadi sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup.
Selain di SMP Negeri 24 Surabaya, tim evaluasi juga berkunjung di SDN Pagesangan Surabaya. Pada sekolah tersebut, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekolah. Yang menarik di sekolah ini adalah tempat cuci tangan yang ada di depan kelas. Meskipun tempat penampungan airnya hanya ember biasa, namun tempat menaruh ember yang juga sebagai penampung air buangan tersebut berupa alat penyaring air bekas. Jadi di dalam penampung tersebut terdapat pasir, serabut kelapa, batu bata dan lain sebagainya.
Selain itu, SDN Pagesangan Surabaya juga memanfaatkan lahan kosong di sekolah dengan anekatanaman. Salah satunya adalah lahan kosong di belakang kelas yang ditanam dengan tanaman perdu.Namun, sekolah ini juga masih memiliki kekurangan. Diantara kekurangannya kekita Tunas Hijau melihat siswa kelas 3 sedang membuat daur ulang bunga dari sampah tas plastik. Ketika Tunas Hijau bertanya darimana asal plastik tersebut, dengan kompak siswa kelas 3 menjawab beli di toko.
Menurut Tunas Hijau, upaya mendaur ulang seharusnya barang yang didaur ulang adalah barang-barang yang sudah tidak terpakai. Sangat disayangkan jika mendaur ulang sampah non organik yangbahan dasarnya berasal dari barang baru. Pada hari ketiga ini, rombongan juga berkunjung di SDN Kebonsari I Surabaya, SMA Muhammadiyah dan SDN Jambangan II Surabaya. (det)