9 Guru SDN Petemon 13 Studi Banding Di SDK Santa Theresia I
Surabaya- SDN Petemon 13 Surabaya melakukan kunjungan ke SDK Santa Theresia I, Sabtu (20/3) pagi. Rombongan Petemon terdiri dari 9 orang guru. Kesembilan guru yang mengikuti studi banding itu adalah Desy Arnikasari, Dhuriyati, Pramurti, Warsini, Ely Lailiana, Da’anikmatus Solihah, Sri Astuti, Sri Endang dan Ari Suwardiningsih. Mereka diterima oleh Kepala SDK Santa Theresia I Surabaya Michael Daranto dan penanggung jawab program Sekolah Adiwiyata Agus Pujianto. Kedua sekolah ini merupakan sekolah mitra Tunas Hijau.
Kunjungan ini diawali dengan dialog di ruang kepala SDK Santa Theresia I. Pada dialog ini berbagai pengalaman tentang pelaksanaan program lingkungan hidup umumnya dan Sekolah Adiwiyata dibahas. Tema pembahasannya mulai manajemen pengolahan sampah, pengembangan kebijakan lingkungan hidup dan kurikulum pembelajaran lingkungan hidup di sekolah. Tidak terlewatkan juga tentang perkembangan terbaru program Sekolah Adiwiyata. Maklum, SDK Santa Theresia I belum lama ini telah dievaluasi untuk program tahun keempat Sekolah Adiwiyata atau Sekolah Adiwiyata Mandiri Nasional. Sedangkan SDN Petemon 13 akan dievaluasi untuk tahun kedua Sekolah Adiwiyata Nasional.
Tentang pengolahan sampah di sekolah, dijelaskan oleh Agus Pujianto bahwa tujuan pengolahan sampah yang dilakukan di SDK Santa Theresia I tidak untuk membuat pabrik kompos atau pabrik daur ulang sampah non organik. “Tujuan pengolahan sampah yang dilakukan sekolah kami adalah seluruh warga sekolah tahu dan dapat mempraktekkan pengolahan sampah yang dihasilkan di sekolah. Makanya, produk kompos dan daur ulang sampah non organik yang kami hasilkan tidak ada yang dijual, karena selalu habis digunakan di sekolah kami,” kata Agus Pujianto.
Tentang evaluasi Sekolah Adiwiyata Mandiri yang telah dilakukan tim kementerian negara lingkungan hidup minggu lalu, Agus menceritakan bahwa tim guru dibuat kaget dengan temuan tim evaluasi. Temuan yang membuat kaget itu adalah adanya beberapa kran di toilet siswa yang airnya mengalir percuma. “Padahal kami tidak pernah menemukannya dalam keseharian,” jelas Agus. Dialog juga dilakukan tim evaluasi secara acak kepada orang tua siswa yang ditemui di sekolah. “Tujuan dialog dengan orang tua siswa adalah untuk mengetahui keterlibatan keluarga siswa pada pelaksanaan dan efektifitas program lingkungan hidup di sekolah,” tambah Agus.
Selesai berdialog di ruang kepala sekolah, rombongan diajak berkeliling sekolah. Sanggar lingkungan hidup menjadi tempat pertama yang dikunjungi. Di sanggar ini rombongan Petemon bisa melihat banyak karya-karya lingkungan hidup para siswa Theresia I. Diantara karya itu adalah berbagai produk daur ulang sampah non organik dengan pembinaan orang tua siswa. “Pelaksanaan daur ulang sampah non organik menjadi barang yang berguna dilakukan terus menerus oleh siswa. Biasanya saat kegiatan ekstra setiap Sabtu. Pembinanya adalah orang tua siswa yang berkompeten,” jelas Agus saat sanggar menemani rombongan di sanggar.
Obyek lain yang dikunjungi adalah tempat pengomposan. Di tempat ini rombongan bisa mengamati proses pengomposan sampah organik yang dilakukan siswa. “Ada dua model pengomposan yang dilakukan di sekolah kami, yaitu dengan menggunakan keranjang Takakura dan menggunakan tong. Keranjang Takakura biasanya digunakan untuk mengompos sampah sisa makanan. Sedangkan tong komposter untuk pengomposan sampah dedaunan,” terang Agus. Obyek selanjutnya yang dikunjungi adalah green house di lantai 3 dan kantin sekolah.
Sembilan guru SDN Petemon 13 Surabaya mengaku mendapat inspirasi yang sangat berharga pada kunjungan ini. Inspirasi tersebut tentunya dalam rangka mengembangkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup. “Melalui studi banding ke SDK Santa Theresia I Surabaya ini, kami seperti mendapat penyegaran untuk terus mengembangkan program lingkungan hidup di sekolah. Ide pengembangan pendidikan secara umum juga kami dapat melalui kunjungan ini,” kata Pramurti, koordinator rombongan guru SDN Petemon 13 Surabaya.(ron)