Hari Air Sedunia, Pangput Malang Raya Susuri Sungai Brantas
Malang– Air merupakan sumber kehidupan yang perannya tidak akan pernah bisa tergantikan oleh benda lainnya. Namun, kualitas air semakin hari semakin menurun. Begitu pula dengan kuantitas air bersih atau layak konsumsi, semakin hari juga semakin menurun. Menyikapi fenomena tersebut, kondisi sungai yang menjadi penghubung dari hulu ke hilir menjadi perhatian khusus paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup (Pangput) Malang raya. Bersama 32 siswa dari tiga sekolah di Kota Malang, Pangput menyusuri Sungai Brantas di daerah RW VII Kelurahan Kidul Dalem Kecamatan Klojen Kota Malang, Minggu (28/3).
Kegiatan yang dimulai sejak pukul 7 pagi itu diikuti oleh para siswa dari SDN Kidul Dalem 2 Kota Malang, SDN Pandanwangi 1 Kota Malang dan SDN Purwantoro 1 Kota Malang. Kegiatan diawali dengan pembentukan kelompok yang dipandu oleh Puteri Lingkungan Hidup 2009 Malang Raya Cherrisa Wahyu Pramais. Setiap kelompok lantas diminta membuat yel-yel lingkungan hidup sebagai penggelora semangat anggota kelompok masing-masing. 6 kelompok pun terbentuk dengan anggota perpaduan masing-masing sekolah.
Susur Sungai Brantas ini layaknya jelajah alam. Namun jelajah yang dilakukan di kegiatan ini berbeda dengan jelajah pada umumnya yang biasa dilakukan di hutan atau tempat baru. Pada jelajah ini, peserta harus menjelajahi kampung-kampung bantaran Sungai Brantas yang berada di wilayah RW VII Kelurahan Kidul Dalem. Ada juga pos-pos yang harus dilewati setiap kelompok secara berurutan. Di pos-pos tersebut peserta diberi pertanyaan seputar air dan lingkungan hidup. Seperti di pos 1, para peserta diberi pertanyaan tentang arti kata lingkungan hidup dan kapan hari air diperingati. Lain halnya pos 3 yang sangat berdekatan dengan perkampungan dan peternakan bebek. Di pos 3 ini peserta diharuskan melakukan wawancara terhadap warga sekitar tentang bagaimana cara mereka membuang sampah setiap harinya.
Beragam jawaban dikemukakan warga tentang pertanyaan tersebut, “Kalau saya, Dik, langsung dibuang di sungai,” ujar salah satu warga. Lain halnya yang dialami oleh Hurum, siswi SDN Pandanwangi 1 Kota Malang ini mendapatkan jawaban yang berbeda dari teman-teman lainnya. Dia mengatakan bahwa warga yang ia wawancarai jika membuang sampah dimasukkan ke dalam bungkus plastik. ”Sampah dalam bungkus plastik itu lantas dibuang pada gerobak sampah petugas kebersihan yang lewat di depan rumahnya,” kata Hurum menirukan warga yang diwawancarainya.
Setelah kembali dari Susur Sungai Brantas, setiap peserta membuat kesimpulan tentang temuan-temuan di lapangan. Mereka lantas diminta membuat beberapa karya seperti poster, karangan dan puisi. Tema yang diangkat pada karya yang dibuat adalah harapan mereka tentang air dan sungai di masa yang akan datang. Dari harapan yang telah mereka ungkapkan itu, Tunas Hijau selenjutnya akan membuat rencana program berkelanjutan untuk mencoba mewujudkannya dengan keterlibatan aktif anak-anak dan pangeran puteri lingkungan hidup Malang raya.
Pada jelajah pagi itu, medan yang dilewati sedikit licin karena sore sebelumnya Kota Malang diguyur hujan lebat. Namun kondisi ini tidak mematahkan semangat anak-anak untuk mengikuti kegiatan ini. “Dalam kegiatan ini diharapkan peserta dapat memahami permasalahan tentang air di daerah hulu, yang tentunya permasalahan itu sangat berdampak pada kualitas air di daerah hilir,” ujar Nizam Wahyu Ardhika, Direktur Tunas Hijau Malang yang juga mendampingi pelaksanaan program itu.
Menanggapi kegiatan pengenalan lapangan tentang permasalahan air ini, Ketua RW VII Kelurahan Kidul Dalem Kecamatan Klojen Kota Malang Ahmad Effendi menyatakan sangat mendukung kegiatan ini. Ahmad Effendi berharap kegiatan semacam ini tidak hanya dilakukan sekali saja. ”Semakin sering kegiatan semacam ini dilakukan, maka warga yang hidup di bantaran sungai menjadi terdorong untuk ikut memelihara kondisi sungai. Begitu pula bagi para siswa yang terlibat juga akan mendapat pengetahuan berharga,” kata Ahmad Effendi. (nizam)