Mural Budaya & Lingkungan Hidup SMP Ako Nishi Jepang – SMP 27 Selesai Dibuat

Surabaya- SMP Negeri 27 Surabaya ialah satu diantara sembilan sekolah di Indonesia yang mengikuti International Intercultural Mural Exchange (IIME), yang Tunas Hijau menjadi koordinator untuk Indonesia. Pada IIME ini SMP Negeri 27 memiliki sekolah kembar dari Jepang, yaitu SMP Ako Nishi. Diantara karya yang dihasilkan pada program ini adalah mural tentang budaya dan lingkungan hidup berukuran 1,5 x 3,65 meter oleh kedua sekolah itu. Senin (22/3) pagi hingga sore, tim siswa SMP Negeri 27 Surabaya menyelesaikan mural yang separuhnya telah dibuat oleh tim siswa SMP Ako Nishi Jepang.

Menurut Boeddy Santoso, guru seni budaya sekolah yang berlokasi di Jl. Wonosari Besar Ujung, perlu dipertahankan komunikasi dalam ajang kreatifitas seperti IIME ini yang mengadopsi lingkungan hidup dan budaya di sekitar kita untuk diekspresikan dalam bentuk mural. “Melalui program IIME ini anak-anak menjadi termotivasi untuk memahami isu lingkungan hidup dan kebudayaan sekitar sebelum diekspresikan dalam mural. Dalam prosesnya banyak ide kreatif dihasilkan siswa melalui diskusi,” kata Boeddy Santoso.

Melalui IIME ini, anak-anak menjadi lebih tahu tentang budaya dan kondisi lingkungan hidup negara lain, dalam hal ini Jepang. “Pengetahuan ini didapat melalui proses unik, yang melibatkan secara aktif para siswa yang terlibat. Melalui cara ini siswa menjadi termotivasi untuk mengoptimalkan potensi dirinya. Apalagi setelah mengetahui karya teman sebayanya dari negara lain,” tambah Boeddy Santoso sambil menyatakan kekagumannya pada karya yang dihasilkan para siswa SMP Ako Nishi di Jepang.

Beberapa obyek pun ditampilkan untuk melengkapi mural yang setengahnya dibuat para siswa SMP Ako Nishi di Jepang. Diantaranya gambar Wayang Kulit dan Warok dalam tarian Reog Ponorogo. Gambar ini ditampilkan oleh Moch Iqbal Destiawan, kelas 7 C. Warok ditampilkan karena Iqbal merasa sangat berkesan ketika ikut tarian Reog Ponorogo saat masih siswa sekolah dasar. “Saya ingin menunjukkan budaya khas Indonesia kepada para siswa di SMP Ako Nishi Jepang. Ini terinspirasi oleh anak-anak Jepang yang mengekspresikan budaya Jepang dalam bentuk pakaian Kimono. Wayang Kulit juga ikut saya tampilkan,” kata Iqbal dengan bangga.

Berbeda dengan Wulan Sari, kelas 7 D yang suka mengekspresikan pemandangan alam. Pada mural ini Wulan menggambar Gunung Fuji yang ada di Jepang. “Saya suka pemandangan alam. Gunung Fuji adalah gunung tertinggi di Jepang yang puncaknya diselimuti salju. Air yang berasal dari mata air gunung ini digunakan sebagai sumber air minum masyarakat Jepang. Menurut saya Gunung Fuji juga tergolong gunung yang terindah di antara semua gunung di dunia,” jelas Wulan Sari..

Di mural yang dibuat itu siswa sekolah yang menjadi mitra Tunas Hijau ini juga menggambar budaya khas Jepang dengan Kimononya. Adalah Achmad Bahrudin, siswa kelas 7F yang memvisualkan seorang wanita Jepang dengan busana Kimono. “Saya sengaja memvisualkan seorang perempuan Jepang dengan pakaian Kimono, karena saya kagum dengan keindahan motifnya dan bentuk busananya, seperti halnya saya kagum dengan busana Kebaya, yang asli Indonesia. Saya pernah melihat baju Kimono melalui internet,” kata Bahrudin yang ingin ke Jepang.

Gambar tiga topeng juga dibuat anak-anak SMPN 27 Surabaya. Gambar ini dibuat oleh Wahyu Wismadya Rahadian, siswa kelas 7B. Melalui gambar topeng ini dia berharap masyarakat dunia internasional khususnya Jepang mengenal budaya topeng yang khas Indonesia. “Saya mengenal topeng sebagai salah satu budaya khas Indonesia. Kalaupun ada negara lain yang juga memiliki warisan budaya topeng, maka budaya topeng Indonesia sangat berbeda dengan lainnya,” terang Wahyu.

Sebelum ditentukan obyek-obyek yang akan digambar di mural ini, setiap anggota tim mural diminta membuat gambar tentang budaya Indonesia, budaya Jepang dan keadaan lingkungan hidup. Menurut salah satu anggota tim Fika Melinda Anggraeni, siswa kelas 7F, obyek-obyek yang sesuai lantas dipilih untuk digambar pada mural yang ada. “Tentang tema lingkungan hidup, siswa SMP Negeri 27 Surabaya kebagian mengekspresikan keadaan lingkungan hidup yang lestari, karena telah mengekspresikan keadaan lingkungan hidup yang rusak seperti penggundulan hutan dan polusi udara,” kata Fika Melinda.

Sementara itu, dua puluh enam siswa SMP Negeri 27 Surabaya yang terlibat pada penyelesaian mural antar bangsa ini adalah Dwi Wahyuningsih, Vicky Aprikah, Nadya Mei Afrianti, Rendra Irani Safitri, Fatkhiya Kurniawati, Dwiyana Pramita Putri, Anas Safira Aulia, Titis Purnomo Setyo Hermawanto, Mochamad Mansyur, Mochamad Ferdiansyah, Abdul Azis dan M. Rudy Agus Nady. Siswa yang lainnya adalah Ari Setiyo Mukti, Fika Melinda, Wulan Sari, Wahyu Wismadya, Gilang Bayu, Muhammad Roni, M. Hartono, Achmad Kamarudin, Rizad Affandi, Shebib Ambiya, Zanuwar Setia Budi, Farid Zaidy, M. Iqbal Destiyawan dan Achmad Bahrudin. (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *