Pembinaan Lingkungan Hidup Warga Keputih Tegal Timur
Surabaya- Permasalahan sampah di kampung Keputih Tegal Timur Surabaya sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari warga. Setidaknya hal itulah yang dapat disimpulkan oleh aktivis Tunas Hijau Akbar Wahyudono dan Adetya Firmansyah saat memberikan sosialisasi lingkungan hidup di depan puluhan ibu-ibu rumah tangga Keputih Tegal Timur, Sabtu, (20/3) siang. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program kampung binaan mahasiswa Fakultas Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Berbagai permasalahan sampah di wilayah tersebut disampaikan oleh ibu-ibu yang hadir. Diantaranya seperti yang disampaikan oleh Rohana. Warga asli Keputih Tegal Timur tersebut menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan warga agar sampah tidak tertumpuk di kampung mereka ada 3 upaya, yakni membakar sampah, membuang sampah di selokan dan menjadikan sampah tersebut sebagai pondasi lahan-lahan kosong alias membuang sampah di lahan-lahan kosong tersebut.
Dari 3 (tiga) kebiasaan buruk tersebut yang paling sering dilakukan oleh ibu-ibu peserta sosialisasi tersebut adalah membuang sampah di selokan. Hal tersebut disebabkan selokan yang ada di kampung tersebut cukup besar dan terletak di tengah jalan. Ketika menyapu halaman rumah, sampah-sampah yang terkumpul langsung dibuang ke sungai tersebut. Menurut Rodiyah, ibu RT kampung Keputih Tegal Timur, hal tersebut diperparah lagi dengan tidak adanya sistem pengangkutan sampah di kampung tersebut.
Tunas Hijau memanfaatkan kesempatan itu untuk menjelaskan tentang fenomena lingkungan hidup yang terjadi di tingkat lokal dan global. Menurut Tunas Hijau, fenomena lingkungan lokal yang sering ditemui adalah sampah yang tidak terolah, sehingga menyebabkan banjir yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia, tidak terkecuali di Surabaya. Sedangkan fenomena global, lanjut Tunas Hijau, diantaranya pemanasan global, berlubangnya lapisan Ozon pelindung Bumi dan terbunuhnya mamalia laut akibat sampah plastik yang mengalir ke lautan.
Setelah pelaksanaan workshop lingkungan, kegiatan dilanjutkan dengan kerja bakti lingkungan yang diikuti oleh ibu-ibu dan anak-anak. Menurut salah satu mahasiswa yang terlibat Nastiti, pada akhir program akan dibangun perpustakaan kecil yang diletakkan di Balai RT. “Kami sudah mengumpulkan beberapa buku bacaan anak-anak yang akan kami sumbangkan untuk perpustakaan yang akan kami buat,” ujar Nastiti yang juga aktivis Tunas Hijau dan Puteri Lingkungan Hidup 2003. (det)