Hutan Bakauku Sayang, Hutan Bakauku Malang

Surabaya- Sangat tepat rasanya ungkapan di atas untuk menggambarkan perasaan sebagian besar peserta workshop Wildlife & Mangrove Conservation saat pelaksanaan sesi observasi hutan pantai dan survei pendapat. Ungkapan tersebut berdasarkan berbagai fakta memprihatinkan yang ditemukan peserta terkait kondisi hutan bakau di pesisir utara Surabaya, tepatnya di Pantai Swedi, berdekatan dengan akses Jembatan Suramadu sisi Surabaya, yang menjadi lokasi observasi. Kegiatan ini dilaksanakan Senin (19/4).

Peserta workshop menemukan berbagai fakta mengejutkan. Diantaranya fakta tentang sedikitnya luas hutan bakau yang tersisa di Kota Surabaya. Fakta lainnya adalah sampah yang menumpuk dan tersangkut di akar-akar bakau, banyaknya pohon bakau yang ditebang untuk kayu bakar dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pelestarian hutan bakau.

Dalam sesi observasi tersebut, puluhan peserta terlihatblusukan keluar masuk hutan bakau untuk mengetahui jenis-jenis bakau, berbagai biota aquatik yang bergantung di hutan bakau, dan pola pertumbuhan bakau sendiri. Tidak hanya dengan berjalan menjelajah sebagian hutan bakau, peserta juga diajak untuk melihat sisi terluar hutan bakau tersebut dengan menggunakan tiga perahu nelayan setempat. Puas dengan mengamati, kegiatan observasi ini dilanjutkan dengan bertanya kepada nelayan dan warga yang berada di sekitar lokasi.

Farida Utami, siswi kelas VII SMPN 11 mengetahui bahwa selain mencari ikan di laut, sebagian nelayan juga mencari kerang dan kepiting di hutan bakau. ”Namun, sayang, tidak sedikit juga nelayan yang menebang bakau untuk bahan bakar merebus kerang yang mereka dapatkan,” papar Farida ketika ditanya temuannya selama observasi. Berbeda dengan Farida, siswi SMPN 7 kelas VII Sandriana mengungkapkan bahwa dirinya baru  mengetahui besarnya manfaat hutan bakau. Sebelumnya, ia hanya tahu sekilas tentang hutan bakau dari pelajaran di sekolah. ”Banyak yang memanfaatkan hutan bakau, tapi hanya sedikit yang mau melestarikannya,” jelas Sandriana.

Workshop ini diikuti tujuh puluh peserta. Mereka berasal dari lima belas sekolah menengah pertama di pesisir utara Surabaya. Lima belas sekolah itu adalah SMPN 5, SMPN 7, SMPN 11, SMPN 15, SMPN 18, SMPN 31, SMPN 44, SMP PGRI 44, SMP CAHAYA, SMP AL- AMAL, dan SMPN 27. Tujuannya, untuk mengenalkan berbagai fungsi, manfaat dan ancaman terkait dengan keberadaan hutan bakau. Kegiatan Workshop yang digelar di SMPN 27 Surabaya ini diselenggarakan oleh Accor East Java Region, yang menaungi tiga manajemen hotel yaitu Novotel, Mercure Accor Hotels dan Ibis Hotels bersama Tunas Hijau.

Manager HRD Novotel Hotel Esau Waloenwandja menjelaskan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting bagi masa depan lingkungan hidup. ”Kami sangat bangga bisa berbagi tanggung jawab atas masa depan lingkungan hidup lewat pelaksanaan program yang digelar dalam rangka Hari Bumi 22 April  ini,” kata Esau. Di akhir workshop, seluruh peserta diajak merencanakan satu tindakan nyata sebagai aksi lingkungan bersama. Berbagai ide pun terlontar.Pada akhirnya seluruh peserta sepakat untuk melaksanakan pembelajaran pembibitan dan penanaman bakau. (geng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *