Pembelajaran Sampah Di SDN Perak Barat
Surabaya- Ada beberapa macam sampah di kota Surabaya yang menumpuk di Lahan Pembuangan Akhir (LPA) Benowo. Seperti sampah plastik, sampah kaleng minuman, sampah botol kaca, sampah makanan dan pakaian bekas. Sebagai warga Kota Pahlawan Surabaya yang baik, seharusnya kita bisa mengurangi tumpukan sampah yang ada mengolah kembali sampah yang kita hasilkan. Seperti yang dilakukan oleh salah satu nominasi Sekolah Adiwiyata Provinsi Jawa Timur, SDN Perak Barat Surabaya, pada pembelajaran lingkungan hidup bersama Tunas Hijau, Selasa (27/4).
Pembelajaran lingkungan hidup di halaman sekolah yang beralamat di Jl. Tanjung Torawitan 2 Surabaya ini diikuti oleh 40 siswa yang tergabung dalam tim lingkungan hidup SDN Perak Barat Surabaya. Mereka mengikuti pembekalan tentang pengolahan sampah khususnya sampah organik. ”Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sisa. Sampah yang kita hasilkan harus ada yang bisa kita olah,” ucap aktivis Tunas Hijau Akbar Wahyudono ketika memberikan penjelasan.
Sebelum memulai pengomposan sampah organik, para siswa yang tergabung dalam tim lingkungan hidup kelas 3, 4 dan 5 melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu. Pemilahan sampah yang dilakukan berdasarkan tiga macam, yaitu sampah kertas, sampah organik dan sampah plastik. Pada pemilahan yang dilakukan, Nampak bahwa sampah kertas dan sampah plastic jumlahnya lebih banyak dari jenis sampah organik. Sampah kertas selanjutnya mereka tempatkan dalam wadah khusus, yang selanjutnya akan didaur ulang menjadi kertas baru. Sedangkan sampah organik seketika itu mereka tempatkan dalam keranjang pengomposan.
“Komposter Keranjang Takakura di kantin tidak berfungsi, Kak. Malah ada bungkus sampah plastik di dalamnya,” ujar Rico ketika berbincang-bincang dengan aktivis Tunas Hijau. Setelah melakukan pemilahan sampah tim lingkungan hidup SDN Perak Barat ini melakukan praktek pengomposan. Dengan menggunakan komposter Keranjang Takakura ini sampah-sampah organik khususnya sisa makanan khususnya bisa dengan mudah diolah menjadi kompos. ”Ada 6 keranjang Takakura di sekolahku. Dan setelah melakukan praktek ini kami akan mengecek setiap hari komposter ini,” lanjut Theo. (akbar)