Permainan Tradisional Bersama Trans TV di Stren Kali Surabaya Gunungsari II
Surabaya- Tidak seperti biasanya, Sanggar Kelompok Belajar Anak (KBA) Stren Kali Surabaya Gunungsari II atau kampung RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling, Jumat (2/4) pagi dipenuhi dengan anak-anak. Lebih dari 40 anak kampung yang bermitra dengan Tunas Hijau itu belajar bersama yang biasanya dilaksanakan setiap Minggu I dan Minggu III. Maklum, hari itu adalah hari libur. Aktivitas yang dilakukan juga tidak hanya belajar seperti biasanya. Mereka juga diajak bermain aneka permainan tradisional. Asyiknya, permainan tradisional itu diliput khusus oleh stasiun TV nasional Trans TV.
Aneka permainan tradisional yang digelar Jumat pagi hingga siang itu adalah bekel, dakon atau congklak, egrang, lompat tali, hulahop, ular tangga, uler naga, baksodor dan roda putar. Semua permainan itu digelar bersamaan begitu sesi belajar telah berlangsung 45 menit di sanggar KBA. Dengan serta merta pun teriakan kegirangan diungkapkan oleh puluhan anak-anak yang memadati sanggar KBA itu. Mereka lantas membentuk kelompok masing-masing menyesuaikan dengan jumlah pemain pada tiap permainan.
Dakon atau congklak menjadi permainan favorit anak-anak pagi itu. Maklum, permainan tradisional ini masih sering dimainkan oleh banyak keluarga. Aturan main dakon juga tergolong paling mudah, begitu pula cara memainkannya yang tidak membutuhkan kemampuan khusus. Beruntung Tunas Hijau membawa lebih dari 5 set permainan dakon, sehingga tidak nampak ada satu anak pun yang ingin bermain tapi tidak memiliki pasangan. Tidak terkecuali para ibu yang menemani anaknya.
Berbeda dengan dakon yang dimainkan oleh dua anak, lompat tali berlangsung marak dengan dimainkan oleh lebih dari 8 anak untuk satu alat permainan. Ada juga baksodor yang dimainkan oleh dua tim, dengan jumlah anggota masing-masing tim adalah 5 orang. Sedangkan hulahop hanya dimainkan oleh satu anak saja untuk tiap alat permainan. Dari banyak permainan tradisional yang dimainkan pagi hingga siang itu, baksodor, egrang dan roda putar menjadi permainan yang mendapat perhatian ekstra dari banyak warga kampung itu.
Ketua PKK RT 6 RW 8 Kelurahan Sawunggaling Siti Aminah menyatakan sangat mendukung program permainan tradisional ini. “Daripada anak-anak melakukan aktivitas yang tidak ada gunanya, permainan tradisional ini menjadi pilihan aktivitas yang bisa melatih kejujuran dan emosional mereka,” kata Siti Aminah yang istri ketua RT 6 RW 8. Sementara itu aktivis Tunas Hijau Narendra yang mendampingi program itu mengatakan bahwa permainan tradisional adalah salah satu upaya memanfaatkan waktu luang tanpa menghasilkan gas rumah kaca yang bisa memperburuk dampak pemanasan global. (roni)