Meski Buta Aksara Dan Buta Internet, Pedagang Kaki Lima Antusias Memberikan Dukungan Online
Memasuki hari ketiga dioperasikannya Posko Taman Flora Punya Surabaya, Selasa (11/5), semakin banyak pengunjung yang menyuarakan dukungannya melalui situs resmi Tunas Hijau Club www.tunashijau.org dan di grup facebook Taman Flora Punya Surabaya. Selain sarana dukungan secara online, di posko ini juga disediakan permainan ular tangga lingkungan hidup untuk bermain anak-anak sambil menunggu orang tua mereka mengikuti memberikan dukungan online untuk Taman Flora Bratang tersebut.
Tidak hanya pengunjung yang melek internet yang memberikan dukungan untuk Taman Flora, pedagang kaki lima yang biasanya berjualan secara sembunyi-sembunyi pun turut memberikan dukungan. Uniknya, rata-rata pedagang ini tidak tahu sama sekali cara penggunaan internet untuk memberikan dukungan, bahkan beberapa diantaranya tidak bisa membaca. Tanpa malu-malu beberapa dari pedagang kaki lima menyatakan ketidakmampuan mereka untuk menulis secara langsung. Para pedagang ini meminta bantuan kepada beberapa aktivis Tunas Hijau yang memang ditugaskan untuk membantu orang yang tidak menguasai komputer ataupun tidak bisa menulis.
Respon pedagang-pedagang ini bertolak belakang pada beberapa hari sebelumnya, dimana mereka hanya melihat saja aktifitas kampanye penggalangan opini untuk penyelamatan Taman Flora Bratang. Melalui beberapa pertanyaan yang diberikan, pedagang-pedagang ini rata-rata takut tidak diperbolehkan berdagang di taman flora, meskipun sekarang ini terdapat peraturan dilarang berdagang di taman tersebut.
Pedagang yang kebanyakan berjualan mainan anak-anak, buku ketrampilan, dan makanan ringan ini seringkali harus kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP. Namun, mereka tetap mendukung pengelolaan dan kepemilikan taman flora tetap berada di Pemkot Surabaya. Bagi mereka, Taman Flora bukan hanya sekedar taman saja. Taman ini sudah menjadi sandaran untuk mengais rejeki. Mereka hanya punya harapan bahwa suatu saat Pemkot Surabaya memikirkan keberadaan mereka.
Sementara itu, dukungan juga diberikan siswa-siswa SD yang sedang melakukan kegiatan di Taman Flora Bratang. Mereka serentak menyuarakan pendapatnya untuk bisa melindungi tempat bermain mereka. Sama halnya dengan para pedagang, para siswa juga harus dibantu untuk menyuarakan pendapat mereka, karena tidak semua siswa bisa mengoperasikan komputer. Hal ini justru membuat semua orang merasa bahwa Taman Flora ini memang sangat patut untuk dilindungi oleh masyarakat Kota Surabaya, karena ini adalah salah satu harta alam paling berharga yang pernah dimiliki oleh Kota Surabaya ini.(narendra)