Pembinaan LH di SMPN 16 Berlangsung Sangat Partisipatif
Reza Fernando, siswa kelas 8 SMP Negeri 16 Surabaya, prihatin dengan masih adanya oknum guru yang merokok di sekolahnya. Keprihatinan ini didasari pada Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 yang menetapkan bahwa sekolah adalah kawasan terlarang rokok tapi kenyataannya masih dilanggar. Reza dan beberapa temannya bukannya mendiamkan perilaku guru yang kurang memberikan keteladanan ini. Beberapa upaya peringatan ala siswa sudah dilakukan, namun masih belum ada perubahan. Temuan Reza ini disampaikan secara tegas pada pembinaan lingkungan hidup oleh Tunas Hijau bersama 50 siswa perwakilan seluruh kelas SMPN 16, Rabu (5/5).
Temuan kekurangan lainnya adalah masih banyaknya warga sekolah yang menggunakan plastik sekali pakai sekolah. “Padahal penggunaan plastik dilarang di SMP Negeri 16 Surabaya,” kata Indah Salya. Ketentuan tentang plastik ini memang unik, bila ada warga sekolah yang membawa plastik itu ke sekolah, maka sampah plastiknya harus dibawa ke luar sekolah. “Namun, prakteknya, sepulang sekolah banyak siswa yang membeli minuman di luar sekolah menggunakan kantong plastik dan sampahnya malah ditinggalkan di sekolah,” kata Indah.
Diantara temuan kekurangan lainnya yang disampaikan oleh para siswa peserta pembinaan adalah tanggung jawab dan kepedulian menciptakan lingkungan hidup berkualitas di sekolah yang oleh ekstra karya ilmiah remaja. “Padahal anggota KIR jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 16 Surabaya. Maka, saya usulkan perlu ada penyuluhan kepada seluruh siswa agar ikut peduli dan bertanggung jawab pada pelestarian lingkungan hidup di sekolah,” kata salah seorang siswa.
Tidak hanya kekurangan yang disampaikan oleh kelima puluh siswa perwakilan kelas 7 dan 8 itu. Mereka juga menyampaikan beberapa kelebihan yang dimiliki sekolah yang berlokasi di Mastrip Bogangin I itu. Diantara kelebihannya adalah SMP Negeri 16 Surabaya memiliki maskot tanaman lidah mertua atau sansivera. “Tanaman ini sengaja dipilih karena tergolong tanaman yang unik dan banyak manfaatnya. Diantara keunikannya adalah dapat hidup di tempat yang tidak terkena sinar matahari sama sekali. Sedangkan diantara kegunaannya adalah menghilangkan pengap pada ruangan dan menyerap gelombang elektromagnetik,” kata Elvia Faustina salah satu peserta pembinaan.
Kelebihan yang lainnya adalah hutan sekolah yang sudah bertahan lebih dari lima tahun. Aneka jenis tumbuhan ditanam di hutan sekolah ini. Ada jenis tumbuhan pelindung, tumbuhan berbuah, dan tumbuhan perdu. Aneka tanaman berkhasiat obat juga dijumpai di hutan sekolah yang terletak bersebelahan dengan kantin. Keunggulan lainnya adalah adanya green houseyang digunakan untuk pembibitan berbagai jenis tanaman lidah mertua atau sansivera. Ada pula taman kelas yang berada di depan sekolah, meskipun perawatannya masih belum optimal.
Berbagai usulan program lingkungan hidup oleh sembilan kelompok yang dibentuk menjadi akhir dari pembinaan lingkungan hidup di SMP Negeri 16 Surabaya ini. Berbagai temuan kekurangan dan kelebihan lingkungan hidup di sekolah beserta usulan program lingkungan hidup yang dibuat siswa lantas disampaikan secara langsung oleh perwakilan peserta pembinaan kepada kepala SMP Negeri 16 Surabaya di ruang kerjanya. Lima orang perwakilan siswa itu pun mempresentasikan temuan dan usulan program mereka secara bergiliran.
Diantara usulan yang disampaikan kepada Kepala SMP Negeri 16 Surabaya Mas Budi Arief adalah pembentukan polisi lingkungan hidup di sekolah. “Polisi lingkungan hidup ini bertugas mengawasi perilaku segenap warga sekolah. Bila kedapatan ada yang melanggar peraturan lingkungan hidup, maka polisi lingkungan hidup bertanggung jawab mendendanya dengan sanksi yang telah ditentukan,” kata Dini, perwakilan peserta yang juga ketua OSIS SMP Negeri 16 Surabaya.
Usulan lainnya adalah penyelenggaraan lomba lingkungan hidup antar kelas setiap bulan sekali, termasuk diantaranya adalah taman kelas. Pengefektifan program 10 Menit Sebelum Pulang termasuk usulan prioritas yang disampaikan kepala SMPN 16 Surabaya. Pada program 10 Menit ini, para siswa diminta bersih-bersih kelas dan sekitarnya untuk memastikan tidak ada sampah yang tertinggal. “Bila program ini dilaksanakan secara optimal setiap hari, maka sekolah dijamin bersih dan indah,” kata Dini.
Menanggapi paparan temuan kekurangan, keunggulan dan usulan program lingkungan hidup, Kepala SMPN 16 Surabaya Mas Budi Arief menyatakan akan menindaklanjutinya. Budi bahkan menyampaikan kebanggaannya kepada para siswa itu yang peduli kondisi sekolah. “Namun, ada beberapa temuan kekurangan yang gaya bahasanya harus dibuat lebih operasional agar segera bisa ditindaklanjuti. Seperti kelas yang tempat sampahnya hanya satu, tepatnya di kelas apa. Begitu juga dengan toilet yang tidak ada pintunya, tepatnya toilet sebelah mana,” kata Budi Arief. (roni)