Seandainya Surabaya Mempunyai Sejuta Bambang Dwi Hartono Dan Sejuta Muhammad Dijatmiko Ferry

Surabaya- Kalau nama Bambang Dwi Hartono yang disebut, mungkin publik Surabaya tidak asing lagi. Di tengah dinginnya respon publik dan tokoh-tokoh masyarakat Surabaya terkait alih kepemilkan Taman Flora,walikota yang satu ini sangat keras keinginannya untuk mempertahankan Taman Flora tetap menjadi milik Pemkot Surabaya. Meski secara hukum Taman Flora Bratang menjadi milik PT. Suryainti Permata Tbk, Bambang DH tetap mengembangkan Taman Flora dan tetap berupaya agar Taman Flora Batang tidak berpindah tangan.

Kalau nama Muhammad Dijatmiko Ferry yang disebut, mungkin siapapun yang membaca tulisan ini tidak pernah mengenalnya. Si buku Yellow Pages Telkom pun, nama tersebut banyak tertera sebagai pelanggan dalam jumlah ratusan. Sesuatu yang hebat dari Muhammad Dijatmiko Ferry adalahcommentnya dalam Grup “Taman Flora Punya Surabaya” yang berbunyi: “Bila diperlukan untuk aksi unjuk rasa, mohon bisa dikordinasikan via fb (facebook). Kami sekeluarga siap turun ke jalan.Komentar ini ditulis sebagai bentuk ekpresi dukungan atas artikel yang berjudul “Tentang Rencana Ambil Alih Taman Flora, Publik Surabaya Mulai Bersuara.”

Artikel ini di muat di situs resmi Tunas Hijau dan dibagikan ke grup facebook Taman Flora Punya Surabaya. Sejak dioperasikannya, grup Taman Flora Punya Surabaya menampung ribuan komentarmember group yang peduli pada nasib Taman Flora. Diantara ribuan komentar yang masuk komentar Muhammad Dijatmiko Ferry menjadi komentar paling heroik. Simpel, meski hanya sebatas kata-kata namun bisa menunjukkan kesungguhan dan pengorbanan yang sangat luar biasa demi Taman Flora agar tetap menjadi milik Kota Surabaya.

Kecil kemungkinan antara Walikota Surabaya Bambang DH dan Muhammad Dijatmiko Ferry untuk saling mengenal. Namun, keduanya mempunyai kesamaan, sama-sama mempunyai tekad yang besar untuk mempertahankan Taman Flora Bratang agar tetap menjadi milik Kota Surabaya dan tetap menjadi milik publik Surabaya. Hingga keduanya rela mempertaruhkan sesuatu yang sangat berharga demi tekad tersebut.

Ibarat simbiosis mutualisme, hubungan timbal balik saling membutuhkan dan saling menguntungkan ini juga berlaku antara publik Kota Surabaya dan eksistensi kelestarian Taman Flora Bratang. Satu sisi Taman Flora Bratang membutuhkan dukungan seluruh warga kota untuk bertahan dari ancaman alih pengelolaan yang berpotensi alih fungsi. Sementara itu warga kota juga membutuhkan Taman Flora Bratang sebagai ruang terbuka hijau terbuka yang kaya dengan keanekaragaman hayat yang memberi berbagai manfaat.

Publik Surabaya tidak perlu merasa ragu dan takut dengan masa depan eksistensi Taman Flora Bratang sebagai ruang publik yang berfungsi sebagai sarana wisata, edukasi dan konservasi lingkungan hidup perkotaan. Jika Kota Surabaya memiliki setidaknya satu juta warga yang bersikukuh mempertahankan Taman Flora seperti Bambang Dwi Hartono dan satu juta warga yang memiliki keteguhan hati dengan segenap pengorbanan, rela unjuk rasa bersama keluarga seperti Muhammad Dijatmiko Ferry. (geng)