Siswa Kelas 2 SD Ciputra Ajak Orang Tua Peduli LH , Kumpulkan Dana Spontanitas Rp. 4.078.000,- Untuk Tanam Pohon

Surabaya- Saat siswa kelas lain sedang asyik belajar di ruangan masing-masing, hal berbeda dilakukan oleh para siswa kelas 2 SD Ciputra. Mereka yang berjumlah 64 orang siswa tersebut malah berkumpul bersama mengikuti workshop Water Conservation di salah satu ruangan sekolah, Kamis (20/5). Uniknya, workshop itu dihadiri oleh orang tua mereka masing-masing. Pemandu acara pun juga dari para siswa sendiri. Tunas Hijau menjadi narasumber workshop ini.

Di awal workshop, beberapa siswa menyampaikan betapa pentingnya menjaga eksistensi mata air. Mereka menunjukkan hal tersebut melalui poster-poster yang telah mereka buat sebelumnya. Saat sesi Tunas Hijau tentang konservasi air yang disampaikan dengan komunikatif dan interaktif, membuat para siswa sangat antusias mengikuti sesi. Terlebih saat sesi pertanyaan, karena jawaban mereka cukup beragam dan membuat para orang tua mereka tersenyum melihat secara langsung perilaku anak-anaknya.

Saat dijelaskan tentang krisis air karena hilangnya hampir semua hutan di dunia, semuanya langsung diam dan merenung. Mereka pun terkejut ketika mengetahui fakta hutan di Indonesia berkurang seluas enam kali lapangan bola setiap menitnya. Dony Kristiawan, aktivis Tunas Hijau, pun menjelaskan bahwa untuk mengatasi krisis air ada banyak cara yang bisa dilakukan.

Diantaranya dengan menanam pohon pembuatan lubang biopori untuk memperbesar penyerapan air hujan ke dalam tanah. Dony pun mengatakan bahwa orang tua perlu turut ambil bagian dalam penyelamatan lingkungan hidup untuk menyediakan kondisi lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Selain itu, upaya ini penyelamatan juga perlu sebagai teladan bagi anak-anaknya.

Tak disangka, di akhir presentasi dari Tunas Hijau beberapa siswa melakukan penggalangan dana kepada para orang tua siswa. Aksi spontan ini memancing para orang tua yang hadir untuk ikut berdonasi untuk kegiatan lingkungan hidup anak-anaknya. Jumlah donasi yang terkumpul sejumlah Rp 4.078.000,- (Empat Juta Tujuh Puluh Delapan Ribu Rupiah). Dana itu akan digunakan untuk penanaman pohon pada 3 Juni 2010.

Menurut Franky, orang tua siswa, environment education sebaiknya dilakukan sejak dini agar mereka terbiasa hingga dewasa. “Environment education juga perlu didampingi orang tua agar ada yang selalu mengingatkan dan membimbing. Sebaiknya yang peduli tidak hanya anak kecil tapi juga orang dewasa. Apalagi mereka yang memiliki pabrik. Sebaiknya mereka melakukan pencegahan global warming dan seharusnya bisa melakukan lebih,” ujar Franky orang tua Toto.

Franky yang berasal dari Taiwan juga mengatakan kalau para pemilik pabrik disana selalu berlomba-lomba untuk melakukan penghijauan di sekitar pabrik mereka untuk mengurangi atau mencegah global warming. Para pengusaha, menurut Franky, tidak segan-segan mengeluarkan dana besar untuk melakukan action tersebut. “Hal yang sepatutnya kita layak tiru untuk di Surabaya,” tambah Franky.

Di akhir workshop, setelah penyerahan simbolis pipa biopori kepada perwakilan SD Citra Berkat, para siswa dan wali murid melakukan aksi nyata memperbesar penyerapan air tanah dengan pembuatan lubang biopori di halaman belakang sekolah. Semangat yang patut dapat acungan jempol, karena kerelaan mereka berpanas-panasan untuk melakukan aksi ini.

Bahkan ada orang tua yang berniat membuat lubang biopori di rumah, karena cara membuat biopori ternyata mudah dan memiliki banyak manfaat. Selain untuk memperbesar resapan air juga bisa dimanfaatkan sebagai komposter sampah organik. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk melakukan upaya menjaga ketersediaan sumber air. Seperti yang dilakukan para siswa SD Ciputra. Let’s do many things to save the earth. (nonoy/dony)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *