Terpesona Dengan Bandara Internasional Dubai

Jam tangan saya menunjukkan pukul 00.40 WIB ketika pesawat boeing 777-300 milik maskapai Emirates Arlines yang saya tumpangi lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno Hatta. Penerbangan Jumat dini hari (28/5) ini merupakan awal perjalanan panjang saya menuju kota Luziania, Brazil. Perjalanan ke Brazil ini dalam rangka mengikuti Youth Facilitator Training untuk persiapan Children and Youth Conference Brazil 2010 “Let’s Take Care of the Planet” 5-10 Juni 2010.

Tunas Hijau mengirimkan 3 aktivisnya dalam konferensi tersebut. Saya berangkat terlebih dahulu untuk Youth Facilitator Training. Satu minggu kemudian, tepatnya 3 Juni 2010 akan disusul 2 aktivis Tunas Hijau lainnya, Nizam Wahyu Ardhika sebagai pendamping dan Puteri Lingkungan Hidup 2009 Malang Raya Cherissa Wahyu Pramais sebagai peserta.

Pesawat ke Dubai ini selain dipenuhi oleh warga negara asing, juga saya dapati para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berangkat mengadu nasib di negara lain. Para pahlawan devisa negara kita tersebut didominasi para tenaga kerja wanita (TKW) yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Ada juga TKI yang berkerja untuk perusahaan pelayaran international.

Beberapa orang TKW yang sempat saya ajak bicara mengatakan bahwa ini pengalaman pertama mereka mencari rejeki di negara orang. Mereka terdorong menjadi TKI karena melihat keberhasilan teman-temannya. Alasan lainnya, iming-iming gaji yang sangat besar membuat mereka rela meninggalkan sanak saudara di Indonesia. Semoga impian mereka terkabul dan tidak mengalami nasib naas seperti beberapa TKW Indonesia yang diperlakukan tidak layak di negara lain.

Langit terlihat memerah saat pengumuman persiapan mendarat di Bandara Internasional Dubai didengungkan didalam kabin pesawat. Tak terasa sudah 6,5 jam saya lewati waktu bersama penerbangan ini, karena jam saya menunjukkan pukul 07.30 WIB. Saat turun dari tangga pesawat, hawa dingin dan kabut tipis langsung menyambut, seolah memberi ucapan selamat datang di Dubai kepada kami semua. Waktu setempat saat itu menunjukkan pukul 04.30.

Bandara Internasional Dubai merupakan bandara peringkat 6 tersibuk di dunia. Hal itu juga bisa terlihat dari banyaknya terminal pemberangkatan yang mencapai 250. Tak heran karena bandara yang jadi markas utama Emirates Airlines ini merupakan salah satu jalur transit antar benua. Kota Dubai sendiri merupakan kota modern terbesar di wilayah Uni Emirat Arab, tepatnya di sepanjang Pantai Selatan Teluk Persia di Jazirah Arab.

Bandara Internasional Dubai cukup bisa memberi kenyamanan bagi semua penumpang yang memadatinya setiap hari. Beragam fasilitas dapat kita temui di dalamnya. Mulai tempat shower bagi penumpang trans benua, ratusan terminal pengisian baterai laptop yang tersebar di berbagai tempat, kursi tidur yang nyaman serta koneksi wifi yang cukup kencang.

Bandara Internasional Dubai juga menjadi surga belanja bagi para kaum pecinta belanja. Di dalam bandara ini bisa kita menjumpai ratusan toko yang menjual berbagai jenis barang. Sekilas saya tidak melihat bedanya dengan Galaxy Mall Surabaya karena kemegahan bangunannya. Unik lagi, di dalamnya saya menjumpai taman yang cukup luas dengan dilengkapi air mancur. Hal ini semakin menambah kenyamanan saat berada di bandara.

Tak terasa saya menghabiskan waktu 4 jam untuk berkeliling di dalam Bandara Internasional Dubai ini. Itupun terhenti karena adanya pengumuman boarding untuk pesawat ke Sao Paulo, Brazil, penerbangan saya berikutnya. Banyak hal unik dan keistimewaan di bandara tersebut yang menjadi cerita menarik dalam perjalanan panjang saya ini. (*)