Dialog Permasalahan LH Tiap Negara Dalam Youth Facilitator Training
Brazil- Dalam pelaksanaan Children and Youth Conference Brazil 2010 “ Let’s Take Care of the Planet” akan ada conceptual dialog yang berisikan tentang problematika lingkungan hidup di tiap negara. Tidak hanya sekedar dialog, karena akan dinarasumberi oleh beberapa pakar lingkungan hidup Brazil. Sehingga akan ada solusi yang ditawarkan terkait masalah lingkungan hidup tiap negara.
Terkait conceptual dialogtersebut,training facilitator pagi itu (31/5) pun adalah pelaksanaanconceptual dialog di AuditoriumTraining Center of the National Confederation of Industrial Workers (CNTI), kota Luiziania, Brazil. Dengan narasumber Prof. Marco, pakar lingkungan hidup dari Universitas Sao Paulo Brazil dan Rachel Trajber dari kementerian pendidikan Brazil,conceptual dialog berjalan cukup menarik. Banyak fasilitator memanfaatkan kesempatan ini untuk menceritakan kondisi lingkungan hidup di negaranya.
Dengan membagi semua fasilitator dalam grup kecil yang berisikan 3 orang, simulasi pun dimulai. Setiap grup pun memberi pertanyaan terkait tema konferensi, yaitu Global Socio-Environmental Problem. Pertanyaan dari tiap grup itulah yang menjadi pembahasan satu persatu, antara fasilitator dengan narasumber. Sebelum memberi pertanyaan, setiap grup terlebih dahulu mengadakan diskusi terkait kondisi di negaranya, kemudian menyepakati pertanyaan yang akan diajukan.
Dari sebagian besar pernyataan yang dilontarkan oleh fasilitator tiap negara, permasalahan perilaku mendominasi. Setiap negara mengalami permasalahan yang sama bagaimana untuk menciptakan perilaku ramah lingkungan atau ECO-Lifestyle dalam keseharian masyarakatnya. Seperti yang ditanyakan oleh Linda dari Peru, yang menanyakan tips efektif untuk mengajak orang lain peduli terhadap lingkungan hidup. Pertanyaan yang hampir sama pun juga disampaikan Saturnina dari Sierra Leone.
Menjawab pertanyaan terkait mengubah Lifestyle, Profesor Marco mengatakan bahwa semua perubahan besar diawali dari yang kecil. Dengan mengawalinya di lingkungan kita, pastinya kebiasaan tersebut akan menular. “Tentunya mengawali dengan tindakannya nyata yang kita buat, misal membuang sampah pada tempatnya. Namun tentunya butuh kesabaran dari kita karena perubahan membutuhkan proses,” imbuh Rachel. Rachel pun menambahkan pentingnya strategi yang tepat untuk mengubah perilaku masyarakat, contohnya lewat edukasi ke anak-anak. Melalui edukais pada anak-anak akan ada perubahan di masa depan. “Hal tersebut juga yang mendasari konferensi ini diadakan oleh kementerian pendidikan Brazil,” tambah Rachel. (dony)